Welcome to the Earth .... --- Salam Warkop ---

Halaman

Minggu, 30 Oktober 2011

Arak Merah Putih Sepanjang 1000 Meter

BATU-Kiprah pemuda-pemudi Kota Wisata Batu dalam memeriahkan hari sumpah pemuda ke 83 patut diacungi jempol. Betapa tidak, seribu anak muda berpakaian batik mengarak bendera merah putih sepanjang 1000 meter di jalan protokol Kota Wisata Batu, kemarin.Aksi itu dilakukan dalam rangka launching secara nasional gerakan “Generasi Optimis”.
Bendera Merah Putih yang diarak tersebut sebenarnya bukan barang baru, karena sudah dipasang di Jalan Samadi Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu pada Agustus lalu. Namun saat itu panjang bendera belum mencapai satu kilometer. Saat muncul gagasan mengarak bendera satu kilometer, kemudian bendera dijahit lagi hingga mencapai panjang yang diinginkan.
Butuh waktu sekitar satu bulan untuk menjahit dan menambah panjang bendera hingga 1000 meter. Seluruh masyarakat dan pemuda Pesanggrahan cancut taliwanda untuk mengerjakan misi mereka. Buktinya, hari Minggu kemarin, bendera tersebut benar-benar diarak keliling Kota Batu.
Kali bukan hanya warga Pesanggrahan yang bergerak malah didukung pula oleh pemuda se Kota Batu dan Malang. Total pemuda yang mengarak lebih dari 600 orang, termasuk komunitas yang meramaikan kegiatan itu diperkirakan sudah mencapai 1000 orang. Kirab itu sendiri mulai dilakukan dari Desa Pesanggrahan menuju alun-alun Kota Wisata  Batu sekitar pukul 08.00.“Kegiatan ini sudah kita persiapkan sejak Bulan Agustus mas, yang ikut para pemuda dari seluruh Kota Batu dan ada juga dari Malang,” ujar Simon Purwo Ali Ketua Karang Taruna se Kota Batu.
Menurut Simon, kirab itu dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda ke 83 yang jatuh 28 Oktober 2011. Proses pengerjaan bendera menurut dia dilakukan selama satu bulan. Seluruh pengerjaan dilakukan secara kolektif oleh warga Pesanggrahan tua dan muda.“Pengerjaan dilakukan seluruhnya secara gotong royong, semua saling mengisi,” tegasnya.
Sementara, start kirab di Jalan Trunojoyo melaju menuju Jalan Panglima Sudirman melalui Kantor Pemkot Batu. Kegiatan itu bertajuk kirab bendera 1000 meter, kirab Hanoman, 1000 pemuda berbatik serta kampanye selamatkan desa selamatkan kota. Bendera tersebut dikawal patung Anoman raksasa setinggi sekitar tiga meter.
Koordinator cukup repot juga mengatur seribu relawan yang bertugas mengaraka bendera. Agar bendera tidak putus, seluruh peserta diminta berjalan pelan-pelan sambil mengikuti instruksi melalui megaphone. Kondisi tersebut cukup menyita perhatian para pengguna jalan.
Yang miris, ketika sampai di perempatan Kelenteng Kota Batu, bendera itu sempat ditabrak pengendara jalan. Sejumlah mobil, sepeda motor serta mikrolet menebas jalur bendera. Mereka tak sabar menunggu kirab bendera selesai. Relawan terpaksa mengangkat bendera itu tinggi-tinggi.
Kendati demikian, relawan yang berasal dari Karang Taruna, Siswa SMK-SMU serta elemen pemuda dari Malang itu tetap bersemangat melanjutkan kirab. Sampai di alun-alun sekitar pukul 10.00 saat itu mereka disambut band lokal Kota Batu. Penggulungan bendera super panjang itu memakan waktu sekitar setengah jam dipandu sepuluh relawan.
“Kegiatan ini juga didukung Mustang FM Jakarta, Kemenpora, masyarakat Desa Pesanggrahan, Sahabat Merah Putih mas,” ujar M. Anwar koordinator kirab.
Menurut dia, ada sejumlah hal yang perlu diketahui oleh masyarakat yakni launching Generasi Optimis. Kata dia, kaum muda saat ini yakin dan optimis Indonesia bakal lebih baik. Nantinya dalam aksi tersebut, seluruh relawan akan menerima penghargaan dari Menteri Pemuda dan Olahraga.
“Proses ini lanjutan dari pengibaran bendera di pinggir jalan mas, juga dalam rangka memeriahkan Hari Sumpah Pemuda,” imbuh dia.
Kenapa juga mengarak Anoman, kata dia, tokoh itu adalah simbol dari anak-anak muda. Tokoh hanoman lincah dan gesit seperti anak muda namun juga memiliki kebijaksanaan. Sedangkan mengenai kampanye selamatkan desa dan selamatkan kota adalah gerakan para pemuda.
“Gerakan ini adalah untuk menyelamatkan kearifan lokal kita, sebagai pemuda kita harus optimis dan menjadi pelopor,” tandas dia.

Fashion Street SMAN I Batu

Kreatifitas SMAN I Mainkan Opera, Fashion Show
BATU – Jika biasanya fashion show di atas panggung, namun siswa SMAN 1 Batu, Sabtu (29/10) justru memanfaatkan fasilitas jalan 500 meter untuk catwalk. Bahkan peserta tidak sekedar berlenggak-lenggok, namun mereka bercerita seperti sebuah opera di Jalan Agus Salim Kota Batu.
Fashion street tersebut, merupakan rangkaian kegiatan untuk menyambut Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa. Tema yang diangkat dalam kegiatan menyambut dua hari besar itu, adalah Satukan Perbedaan Budaya dalam Kebersamaan.
Dengan tema tersebut, siswa sekolah berlokasi di Jalan Agus Salim ini, ternyata sangat kreatif. Mereka menampilkan cerita-cerita rakyat hingga legenda lengkap dengan kostum tradisional, yang dikenakan untuk siswa pria maupun perempuan.
Sebut saja satu kelompok siswa, mengangkat cerita Ken Arok. Beberapa siswa pria mengenakan pakaian ala prajurit kerajaan. Satu orang menjadi Ken Arok dan satu menjadi Tunggul Ametung. Perjalanan Ken Arok sebagai rakyat jelata hingga menjadi Raja Singosari juga diceritakan, termasuk cerita tokoh yang namanya diabadikan jadi GOR di Kedungkandang, Kota Malang itu, ketika merebut Ken Dedes, janda Tunggul Ametung.
‘’Kami ingin menggugah pengetahuan dan kepedulian anak-anak, dengan budaya rakyat. Legenda seperti ini adalah bagian sejarah, namun belum tentu ada dalam pelajaran sekolah,’’ ungkap Pamor Patriawan, Waka Kurikulum SMAN 1 Batu.
Fashion street ini diikuti oleh 28 kelompok, berasal dari perwakilan masing-masing kelas. Legenda Minak Jinggo, Joko Tarub dan sederetan cerita rakyat atau legenda itu kesemuanya diatraksikan oleh siswa. Mereka sangat kreatif dalam melakukan acting, musik pengantar opera maupun memilih fashion untuk peragaan. Atraksi itupun sempat membuat Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu, Dewanti Rumpoko bangga.
‘’Semua ini dilombakan. Ada tim juri yang memberikan penilaian dan tim juara akan mendapatkan tropi dan hadiah lain,’’ tegas Pamor.
Sedangkan rangkaian kegiatan selain fashion street, antara lain lomba kebahasaan, mulai Bahasa Indonesia, Inggris, Jerman, dan Jepang. Selain itu pembuatan komik, festival band dan bazaar ikut memeriahkan kegiatan.

Kota Batu Terima Penghargaan Anugrah Wisata Nusantara 2011

BATU – Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko menerima penghargaan dari Gubernur Jatim melalui ajang Anugerah Wisata Nusantara (AWN) Jatim 2011. Penghargaan itu diterimakan di Hotel Mercure- Surabaya, Selasa (25/10) malam. ER- panggilan akrabnya mengatakan, penghargaan tersebut bukan segala-galanya untuk mengembangkan pariwisata di kota apel ini.
Selain wali kota, Kusuma Agrowisata Hotel juga ikut meraih AWN kategori hotel berwawasan lingkungan. Sementara Selecta mendapat nominasi satu kategori obyek wisata pilihan. Sedangkan obyek wisata pilihan terbaik, dimemangkan Banyuwangi.
Kabar peraihan AWN itu, tadi malam juga sempat bergema di panggung malam puncak Gemilang HUT Kota Batu ke 10, di Alun-alun. Ribuan pengunjung pun mengapresiasi dengan tepukan tangan sekaligus sorak kebanggaan.
Penghargaan yang didapat wali kota itu, bisa jadi merupakan kado istimewa HUT kota ini. Tim juri menilai, Wali Kota Batu memiliki komitmen dan kepedulian tinggi dalam mengembangkan sektor pariwisata. Karena komitmen itulah, dunia pariwisata terus berkembang.
‘’Penghargaan merupakan hal yang sangat baik, namun bukan segala-galanya untuk sebuah pengembangan pariwisata,’’ ungkap Eddy Rumpoko.
Menurutnya, dukungan semua pihak dalam pengembangan pariwisata justru lebih penting. Diapun berharap, masyarakat kota ini, aparat hingga pelaku-pelaku objek wisata semakin nyaman untuk peningkatan atau pengembangan pariwisata.
‘’Kalau masih ada pihak yang menjadikan wisatawan adalah sasaran target, tentunya hal itu belum termasuk ikut mengembangkan pariwisata. Jika masih ada yang melakukan, tentu ada wisatawan yang merasa kecewa,’’jelasnya.
Sistem target itu, misalnya dilakukan dengan menjual barang atau jasa yang harganya sangat mahal. Ketika wisatawan makan, harganya pun dipatok tinggi karena wisatawan tentu orang jauh sekaligus tidak kenal dengan warga Batu. Begitu juga kamar hotel, bila harga penginapan maupun parkir kendaraan terlalu tinggi, bakal mengecewakan wisatawan.

Senin, 24 Oktober 2011

DAK Pendidikan Cair Rp. 4,2 M

BATU – Kota Batu mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan, sebesar Rp 4,2 M tahun 2011. Anggaran tersebut tidak hanya digunakan untuk pembangunan fisik, tetapi juga dialokasikan meningkatkan kualitas guru kota ini.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu, RM Zakaria menjelaskan, DAK sebesar itu sudah cair pertengahan Oktober lalu. Dana tersebut sudah siap digunakan untuk program fisik, maupun peningkatan kualitas pengajaran bagi guru.
‘’Pembinaan guru dan pembangunan fisik, harus seimbang menggunakan DAK ini,’’ jelas mantan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batu ini.
Untuk program fisik, kata dia, pihaknya akan membangun 19 lokal kelas untuk 19 SD di tiga kecamatan. Penambahan lokal baru itu, bertujuan untuk membuat daya tampung lokal kelas standart, yakni berisi 30 siswa. Jika satu kelas masih berisi sekitar 40 anak atau bahkan lebih, tentu sudah tidak standart lagi.
Jumlah penambahan lokal kelas yang dibangun dalam tahun ini, hampir sama dengan tahun sebelumnya. Tahun 2010 lalu, DAK digunakan untuk penambahan lokal kelas sebanyak 20 SD. ‘’Jika satu kelas berisi 30 anak, suasana belajar mengajar akan lebih nyaman,’’ tegas Zakaria.
Menurutnya, dana tersebut tidak akan digunakan untuk renovasi gedung sekolah. Masalahnya, kondisi gedung-gedung sekolah di Kota Batu sudah cukup memadahi, baik sekolah yang ada di tengah kota maupun di pinggiran desa.

1337 Tim Ikut Festival Uleg-uleg

BATU-Festival Uleg-uleg yang digelar dalam rangka HUT ke 10 Kota Wisata Batu berlangsung semarak di Alun-alun Kota, kemarin. Dalam festival itu, seribu ibu-ibu turun ke jalan untuk mengikuti lomba rujak manis dan tahu dulit. Ribuan peserta secara bersama-sama menguleg sambal sesuai aba-aba dari panitia.
Dalam kategori lomba rujak manis, tim dari RT 5 RW 4 Desa Punten Kecamatan Bumiaji berhasil menjadi juara pertama dengan nilai 975. Sedangkan Juara 2 direbut Kelurahan Sisir Kecamatan Batu dengan nilai 950. Adapun juara 3 diraih Kelurahan Songgokerto Kecamatan Batu dengan mengantongi nilai 925.
Sesuai catatan panitia, jumlah peserta yang mendaftar mencapai 1337 tim dari seluruh RT dan RW di Kota Batu. Saat perlombaan, jumlah peserta yang hadir di Alun-alun Kota Wisata Batu mencapai 1000 orang. Saking banyaknya peserta yang mengikuti lomba rujak manis tempat lomba bahkan sampai mengitari alun-alun.
Seluruh peserta duduk pada tempat yang disediakan oleh panitia pada sepanjang trotoar yang mengitari alun-alun. Aksi tersebut menjadi tontonan menarik bagi pengendara jalan, wisatawan maupun seluruh warga Kota Wisata Batu. Sekitar pukul 08.00, ibu-ibu dalam kategori lomba rujak manis saling berlomba menguleg sambal.
Hasil ulegan tersebut kemudian dikombinasi dengan buah yang telah mereka persiapkan untuk dinilai juri. Seluruh kreasi peserta selalu terdapat buah khas kota tersebut yakni buah apel dari ladang warga sendiri. Tak hanya menyuguhkan rujak manis, ternyata warga mampu menyajikan menu itu dengan berbagai kreasi.
Adapun kategori tahu dulit, posisi tiga besar diraih oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Wisata Batu. Kantor Ketahanan Pangan Kota Batu merebut juara 1 dengan raihan nilai 950. Juara 2 diduduki peserta nomor 46 yakni Dinas Kesehatan Kota Batu dengan    nilai 925. Sedangkan juara 3 direbut nomor 45 dari Dinas Pendidikan Kota Batu nilainya mencapai 900.
Menariknya, dalam lomba tahu dulit, Ketua TP PKK Kota Batu Dewanti Rumpoko meraih juara 5 dengan nilai 850. Saat menguleg sambal, istri Walikota itu mendapat dukungan dari warga yang menonton lomba. Bahkan saat menguleg warga dengan antusias meminta Dewanti menambah bumbu serta kecap manis.“Festival ini sesuatu yang bagus, gebyarnya mendukung Pemkot Malang, kader PKK dalam hal ini mendukung penuh sebagai peserta,” ujar Dewanti.
 Mistin Wakil Ketua Panitia HUT ke 10 Kota Wisata Batu mengatakan bahwa lomba itu diharapkan bisa menjadi even tahunan. Menurut dia dari 1337 peserta yang mendaftar, yang hadir mencapai lebih dari 1000 orang. Kegiatan tersebut selain menjadi akan diusulkan menjadi agenda tahunan juga dikembangkan sebagai kegiatan ekonomi kreatif.
Ditambahkan,  hadiah kepada pemenang lomba rujak manis akan diberikan tanggal 26 Oktober 2011. Hadiah itu diberikan bersamaan dengan malam Puncak Gemilang 10 tahun Kota Wisata Batu. Sedianya puncak gemilang itu akan digelar mulai pukul 19.00 di Alun-Alun Kota Wisata Batu dengan bintang tamu D’Massive.

Kamis, 20 Oktober 2011

Kreatif Anak, Pelepah Pisang pun Jadi Tempat Tisu

BATU –Anak-anak usia bermain maupun yang sudah duduk di bangku SD se Kota Batu, benar-benar telah mampu menunjukan kreatifitasnya. Digelar secara massal di Alun-alun, mereka berkarya dengan membuat beragam barang-barang tak berguna, menjadi sesuatu yang bermanfaat, bahkan punya nilai jual.
Di arena bertajuk membentuk plastisin, 3 M ( menggunting, melipat dan menempel) serta membuat souvenir itu, diikuti oleh 70 siswa SD dan 300 siswa dari Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak. Kegiatan yang dihiasi canda dan tawa itu, merupakan rangkaian memperingati HUT kota ini ke 10.
Dari lomba membentuk souvenir, siswa-siswa SD banyak menggunakan barang re-used yang dikemas menjadi cindera mata, sehingga barang-barang itu memiliki nilai berharga. Sebut saja pelepah pisang disulap jadi sebagai tempat tisu yang cantik. Begitu juga dengan CD kosong, dicat dengan aneka warna sebagai penghias dinding.
Batok kelapa yang selama ini lebih banyak memenuhi tempat sampah, diolah menjadi  celengan dengan hiasan berbagai ornamen. Bahkan, anak-anak SD itu ada yang mempercantik topi dengan aneka hiasan mulai bunga maupun bulu-bulu ayam.
‘’ Waw.. topi ini bagusnya untuk tanpil di panggung maupun karnaval,’’ungkap Ny Rondang warga Kelurahan Sisir, yang tertarik membeli topi dengan hiasan bulu ayam warna.
RM Zakaria, penanggung jawab kegiatan lomba menjelaskan, bahwa lomba tersebut bertujuan memacu kreatifitas anak-anak yang sekarang masih duduk di bangku Kelompok Bermain hingga SD. Khusus untuk lomba pembuatan sovenir, bisa memacu agar mereka terus berinovasi membuat oleh-oleh bagi wisatawan.
‘’ Jika kreatifitas mereka terus diasa, tidak menutup kemungkinan nantinya mereka makin bisa membuat karya untuk oleh-oleh wisatawan,’’jelas Zakaria.

Selasa, 18 Oktober 2011

Pameran Produk Mahasiswa dan Dosen UM

MALANG - Ingin sehat tapi tidak tersiksa dengan obat ? Mungkin salah satu solusinya minum kopi buatan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Kopi merek Komeng ini bukan kopi biasa. Tapi kopi yang terbuat dari 100 persen buah mengkudu dan cocok dikonsumsi penderita diabetes, tekanan darah tinggi, atau kolesterol. Komeng saat ini dipamerkan di Gedung Graha Cakrawala UM dalam rangka perayaan Dies Natalis UM ke-57.
”Banyak yang ingin makan mengkudu tapi enggan dengan baunya, setelah kami olah jadi kopi bau mengkudu itu bisa hilang,” ungkap mahasiswa UM, Yulian Wahyu .
Aroma kopi memang kental dalam produk ini. Walaupun tentunya bau mengkudu tidak bisa hilang 100 persen sehingga membuat rasanya sedikit aneh. Namun jika dibandingkan mengkonsumsi langsung mengkudu tentunya produk ini jauh lebih nikmat.
Apalagi bisa diseduh dengan air panas dan ditambah sedikit gula, kenikmatan minum kopi plus bisa menyehatkan tubuh. Khasiat minuman ini di antaranya menyetabilkan tekanan darah, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan kadar kolesterol, obat disentri, sakit perut, batuk dan sembelit, melancarkan urin, juga melawan tumor dan kanker. Harganya pun cukup ekonomis, harga satu sachet dengan berat 25 gr hanya Rp 4500. Dan untuk kemasan 200 gram harganya Rp 35 Ribu.
”Kalau untuk harga komersil bisa lebih tinggi, harga yang kami bandrol sekarang belum menghitung tenaga baru bahannya saja,” kata dia.
Komeng ini diproduksi di Tulungagung yang banyak menghasilkan buah mengkudu. Mereka biasa membeli buah tersebut dari petani mengkudu. Kemudian buah dijemur, diopen dan disangrai hingga proses blender.
”Saat ini kami sudah punya pelanggan tetap, yang sudah beli minuman ini selalu minta dikirim lagi,” ujarnya.
Ke depan produk yang dibuat dengan dana dari Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) ini akan didaftarkan ke BPPOM. Karena itu penyempurnaan masih akan terus dilakukan.

Kutu Sisik Serang Pohon Apel

BATU – Setelah penyakit mata ayam banyak menyerang tanaman buah apel, kini giliran penyakit kutu sisik menyerang pohon. Ciri-ciri penyakit ini, pada kulit pohon buah yang menjadi ikon Kota Batu, itu bersisik seperti panuan. Pohon bisa mati, karena jenis penyakit tersebut menghisap sari makanan dalam tanah melalui batang pohon.
Kondisi itulah, yang membuat Sukarni petani apel di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, seperti putus asa karena tanaman apelnya pun terserang kutu sisik. Selain pohon yang cepat mengering, buah apel tidak bisa membesar melainkan teta mengecil. Imbasnya hasil panen terus anjlok.
‘’ Sebelum musin mangga dua bulan lalu, harga apel dari petani masih Rp 7000 sampai 8000 per kilogram. Sekarang harganya antara Rp 4000 hingga 5000 per kilogram dari petani. Kami tentu merugi, karena harga obat sangat mahal,” keluh Sukarni.
Dia menambahkan, kini para petani apel di desanya sudah banyak yang beralih profesi. Alasanya, menjadi petani apel tidak membawa untung. Dan kebanyakan dari mereka, pilih  mengalihkan fungsi lahan untuk tanaman pohon sengon maupun tebu. “ Belum pernah ada bantuan obat-obatan dari pemerintah, untuk mengatasi penyakit pohon apel. Padahal harga obat saat ini sangat tinggi,’’ katanya.
Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, Mat Ali mengatakan bahwa pihaknya sudah lama mendengar keluhan petani apel soal keberadaan kutu sisik itu. Kini timnya sedang mencarikan solusi untuk memberantasnya. ‘’Tim kami sudah melakukan rapat sekaligus penelitian,’’jelas Mat Ali.
Dia pun berusaha memberikan pengertian, agar petani apel tidak beralih ke pertanian jenis lain. Masalahnya apel sudah menjadi ikon kota ini, dan tanaman buah itu terancam akan hilang jika petani berangsur-angsur meninggalkannya.
Data Dinas Pertanian dan Kehutanan menyebutkan, di Kota Batu sekarang lahan apel tinggal 2.500 hektare. Hampir setiap tahun  luas areal selalu berkurang 10 persen, karena lahannya digunakan untuk pemukiman penduduk mapun bangunan lain.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Gabung Siswa SMKN 3, Qori Blusukan ke Pasar Senggol

BATU - Puteri Indonesia 2009, Qori Sandioriva, sejak dua hari ini diam-diam blusukan ke Kota Batu. Kedatangan gadis asal Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD) ini, tidak hanya berwisata saja. Sebaliknya malah mengikuti serangkaian syuting sinetron berjudul Palupi.
Dalam sinetron berdurasi 24 menit itu, Qori berperan menjadi tokoh utama bernama Palupi. Lokasi yang digunakan syuting, salah satunya adalah Alun-Alun sebagai ikon baru kota wisata ini. Lokasi pengambilan gambar lainnya, pasar senggol Alun-alun dan sejumlah kawasan perkampungan di kota ini.
Untuk tokoh Palupi, Qori  berkolaborasi dengan warga Kota Apel ini maupun siswa SMKN 3 Kota Batu.
" Saya sangat senang berada di Kota Batu, karena selain suasananya indah, udaranya pun sejuk," ungkap Qori ‘ Palupi’ Sandioriva di sela-sela pengambilan gambar di Alun-Alun, Sabtu kemarin.
Sinetron Palupi, dokumenter SMKN 3 Kota Batu, dan rencananya bakal ditayangkan di TV-TV lokal, baik di Batu, Malang dan sekolah-sekolah yang masuk jaringan broadcast. SMKN 3 tidak hanya memproduksi Palupi, tetapi juga akan membuat sinetron lain, yakni Wasiat.
" Kami sudah  sering menjadi juara dalam pembuatan film dokumenter pelajar. Sebagai hadiah, kami mendapatkan hadiah block grant senilai Rp 725,3 juta. Block grant itu untuk biaya pembuatan dua sinetron Palupi dan Wasiat, serta penambahan peralatan untuk sekolah," ungkap Didit Priyo Utomo, Kepala SMKN 3 Batu.
Dalam petunjuk penggunaan block grant itu, sekolah harus menggandeng praktisi dalam pembuatan sinetron. Kemudian, pihak sekolah kerjasama dengan sutradara Nawi Hamzah dari MD Entertaint. Dia merupakan sutradara kawakan dalam FTV, yang hasil produksinya sering ditayangkan TV-TV nasional.

Jumat, 14 Oktober 2011

Selamatan Desa Oro-Oro Ombo 2011



Sebagai upaya dalam rangka melestarikan adat dan budaya yang sudah ada, maka pada tanggal 31  Oktober 2011 dan 5 November 2011 Desa Oro-oro Ombo mengadakan Selamatan Desa. Selamatan Desa untuk tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang mana untuk tahun ini dilaksanakan 2 hari yaitu Senin Pahing, 31 Oktober 2011 dengan acara Ritual yang meliputi Tirakatan dan Selamatan di Punden, Selamatan di Talang Khutukan, Selamatan di Watu Tumpuk, dan pada siangnya dilaksanakan Kesenian Tayuban  serta pada malam harinya dilaksanakan Resepsi yang ditutup dengan acara Pagelaran Wayang Kulit.
Sedangkan pada Sabtu Pahing, 5 November 2011 dilaksanakan acara Pawai Budaya.  Pada pawai budaya diikuti oleh peserta dari masing-masing RW yang ada di Desa Oro-oro Ombo yang berjumlah 13 RW dengan menampilkan kesenian yang ada di masing-masing RW tersebut seperti : Sanduk, Jaran Kepang, Terbang Jidor, Pencak Silat, Reog dll.  Sedangkan dari Perwakilan Lembaga Pendidikan yang ada biasanya ditampilkan Drum Band, Pawai Pendidikan dll. 
Semoga Dengan adanya  Selamatan Desa Oro-oro Ombo 2011, Makin Memperkokoh Kerukunan dan Mampu Melestarikan Adat dan Budaya yang ada. 
Salam Warkop




Macan Kumbang Turun Kampung

Toyomarto Terancam, Pemkot Siapkan Hujan Butan
BATU - Kerbakaran hutan Gunung Panderam, hingga kemarin makin meluas. Kobaran api terus merembet, dan diperkirakan sudah 70 Ha hutan pinus yang dilahap si jago merah selama dua hari ini. Kondisi itulah yang membuat petugas pemadam kebakaran dengan dukungan relawan, angkat tangan.
Tingkat kesulitan memadamkan api, tak lain kondisi medan yang sangat sulit dicapai petugas pemadam dari Perhutani maupun masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Mereka harus berjalan kaki menelusuri jalan setapak lebih dari lima kilometer, jika harus menuju sumber api di puncak Panderman.
‘’Kami sudah melakukan upaya pemadaman. Namun minimnya peralatan serta medan yang sangat sulit, menjadikan kebakaran makin sulit dikendalikan,’’ tegas Asisten Perhutani Pujon, Khairudin, Jumat kemarin.
Pihaknya mengkhawatirkan, kebakaran semakin tidak terkendali itu akan membahayakan pemukiman penduduk di kaki Panderman. Jika kebakaran terus merambat, bukan tidak mungkin kawasan seperti Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu akan terancam. ‘’ Belum ada hitungan pasti soal luas kawasan hutan yang terbakar. Namun kami memperkirakan sekitar 70 hektare sudah ludes,’’ ungkapnya.
Sebelumnya, sekitar 25 orang dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Perhutani, Tagana, Pemkot Batu, berupaya mencegah agar kebakaran tidak meluas. Langkah yang dilakukan dengan membersihkan ilalang atau benada-benda yang mudah terbakar. Namun usaha itu ternyata belum membuahkan hasil, karena angin kencang kian membuat api cepat menjalar.
Pemkot Batu, kini sedang mengupayakan hujan buatan untuk membantu memadamkan api. ‘’Pemadaman dari darat dengan mendatangkan PMK atau mengandalkan alat seadanya, jelas tidak bisa dilakukan. Kami mengupayakan pemadaman dari udara hujan buatan,” ungkap Eddy Rumpoko, Wali Kota Batu.
Kebakaran itu juga sempat membuat hewan-hewan turun dari Gunung. Warga Dusun Toyomarto sempat melihat empat ekor harimau turun, Kamis (13/10) malam. Pagi kemarin, warga juga melihat rombongan kera turun dari Panderman ke lahan pertanian dusun itu.
 ‘’Harimau melintas turun sekitar pukul 21.00. Kami sempat memburunya, namun kehilangan jejak,’’ ungkap Sukamto, salah satu warga Desa Pesanggrahan.

Limbah Dapur pun Jadi Pupuk

BAGI warga Kelurahan Ngaglik, limbah rumah tangga tidak harus dibuang. Melinkan bisa dikumpulkan, selanjutnya diolah menjadi sesuatu yang berguna. Salah satunya, dengan ‘menyulap’ limba itu menjadi pupuk organik yang sangat berguna menyuburkan tanah.
‘’ Pada prinsipnya limbah rumah tangga itu ada dua macam, yakni anorganik dan organik. Limbah anorganik,  adalah limbah yang tidak bisa larut, Sedangkan limbah organik, merupakan limbah yang bisa larut,’’ ungkap Ali Aji, Sekretaris LMPK Kelurahan Ngaglik.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah keluarga menjadi barang yang lebih berguna, ibu-ibu warga kelurahan itu mendapatkan pelatihan secara khusus. Ali Aji menjadi salah satu instruktur MOL (Mikro Organisme Lokal), dan pupuk organik dari limbah rumah tangga.
Limbah organik rumah tangga, misalnya sayur, kertas dan bahan makanan. Sedangkan limbah anorganik, misalnya kaca pecahan piring dan gelas maupun panci. ‘’Kalau ingin menghilangkan sampah anorganik, semuanya harus dihancurkan. Sedangkan sampah organik tidak perlu dihilangkan, tetapi bisa diolah,’’ urai pria warga Jalan Abdul Gani II Kota Batu ini.
Ketika berada dalam lingkungan rumah tangga, limbah-limbah tersebut sudah harus dipisahkan berdasarkan jenisnya. Khusus kelurahan di Nggalik, sudah ada petugas khusus yang mengambil sampah itu hingga ke rumah-rumah penduduk. Khusus limbah organik, semua bahan dikumpulkan dan diolah secara khusus dengan menggunakan MOL, tambahnya.
Pupuk organik itu sangat berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah. Masalahnya, tanah selama ini sudah banyak dipupuk menggunakan pupuk anorganik atau kimia. Dengan begitu unsur hara pada tanah rusak, sehingga kesuburan berkurang.
‘’Ketika dipupuk menggunakan organik, kesuburan tanah bisa kembali sehingga baik untuk menanam segala jenis tanaman. Dan setelah bisa membuat pupuk organic ini, warga diberikan polyback untuk menanam aneka kebutuhan, seperti lombok, sawi dan lain-lain. Barang-barang tersebut biasa digunakan untuk kehidupan sehari-hari,’’ pungkasnya.

Minggu, 09 Oktober 2011

BFF 2011 : Desa Oro-Oro Ombo Tampil Dengan Harmonisasi Kehidupan




Kota Batu terkenal dengan cultur budaya dan keindahan alamnya, sehingga sangatlah tepat dan sesuai dengan Visi Kota Batu sebagai Kota Wisata.  
Seiring dengan perkembangan sektor pariwisata yang teramat pesat, maka sangat dibutuhkan sebuah kearifan lokal untuk mensikapi perkembangan wisata tersebut, sebab tanpa adanya kearifan tersebut maka perkembangan wisata hanya akan merusak keseimbangan ekosistem dan alam yang ada.   
Adapun Kearifan Lokal tersebut tak lain adalah kemampuan kita untuk tetap dapat menjaga Harmonisasi Kehidupan yang telah ada, baik itu flora, fauna, manusia dan alam sekitarnya, sehingga perkembangan pariwisata yang begitu pesat tidak menjadi bencana bagi alam lingkungan dan kehidupan manusia yang ada.
Pada Event Batu Flower Festival 2011, Desa Oro-Oro Ombo mengangkat tema tentang Harmonisasi Kehidupan, hal tersebut tampak dari mobil hias yang ditampilkan.  Pada mobil hias tersebut, digambarkan seorang gadis berada di lingkungan alam yang asri dengan pohon dan bunga di sekelilingnya.  Tak lupa terdapat pula satwa-satwa baik burung, rusa serta kupu-kupu yang mengelilinginya.  Semuanya itu menggambarkan bentuk keindahan Kota Batu yang tak tertandingi dari segi keindahan alamnya.   Tampak pula di sisi kanan dan kiri, tebing-tebingan yang indah serta penataan tanaman hias dan motif etnik sedemikian rupa, sehingga keindahan itu semakin terekspos.  Sedangkan pemakaian aneka bunga hias menunjukkan bahwa kota batu adalah kota bunga, hal ini terbukti dengan banyaknya bunga hias yang digunakan pada event mobil hias kali ini.
Dari gambaran mobil hias tersebut, maka pada dasarnya Kota Batu sudah sepantasnya untuk menyatakan diri sebagai Kota Wisata di Jawa Timur.   Hal ini ditandai dengan banyaknya potensi wisata yang ada baik itu, Cultur Budaya, Keindahan Alam dan Tempat Wisata yang ada.   Tidak hanya itu, potensi masyarakat Kota Batu yang sedemikian besar tingkat kepeduliannya terhadap alam lingkungan dan cultur budaya juga merupakan aset yang sangat berharga bagi perkembangan sebuah Kota Pariwisata, sehingga sangat patut bagi kita semua untuk tetap melestarikan budaya tersebut.   Semua itu hanya bisa dipertahankan dan dilestarikan apabila ada peran serta aktif dari seluruh masyarakat dan Pemerintah Kota Batu.  
Demikian sekilas tentang tema Harmonisasi Lingkungan, yang tak lain adalah bertujuan untuk mengingatkan kembali agar kita semua mampu mempertahankan sebuah nilai kearifan lokal guna kepentingan dan kemaslahatan yang lebih luas, baik bagi kita sekarang maupun untuk generasi yang akan datang.
                                                                                             
Dirgahayu Kota Batu             
 8 Oktober 2011

Sekecil apapun sebuah kepercayaan, 
Jika dilaksanakan dengan penuh dedikasi, 
Hasilnya adalah yang terbaik.
Salam Warkop

Rancangan Mobil Hias
Putri Wisata
Kang Wariyaji lagi asyik ??


Tebing-tebingan sisi mobil hias


Lagi Ngecat tebing-tebingan

Tampak Harmonisasinya

Ada Burungnya juga ...



Siap Action ... Go !!!

Selasa, 04 Oktober 2011

Olahan Lidah Buaya, Berharap Saingi Sari Apel

KALAU selama ini, Kota Batu terkenal dengan minuman sari apel dan sari aneka buah lainnya. Ibu-ibu di Kelurahan Ngagglik yang tergabung dalam Kelompok Tani Wanita Sri Rejeki, memilih untuk mengembangkan produk olahan lidah buaya yang selama ini masih jarang diproduksi di Kota Batu dan daerah lainnya. Meski terbilang baru, mereka berharap produk olahan lidah buaya bisa menjadi andalan Kota Batu, seperti sari apel yang sudah ada.
Lidah buaya, siapa yang tidak kenal jenis tanaman satu ini. Lendir atau getah yang dihasilkan dari daun lidah buaya umum digunakan sebagai penyubur rambut. Dalam dunia industri, lidah buaya banyak dimanfaatkan untuk kosmetik, farmasi, kimia, makanan dan minuman. Daging lidah buaya mengandung mineral, asam amino, serat, enzim-enzim, vitamin,serta berbagai zat bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan.
Berbekal dari itulah, ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok tani Sri Rejeki Kota Batu belajar mengolah lidah buaya menjadi berbagai produk. Kelompok tani yang bermarkas di Jalan Suropati Gang Yoga itu tidak kesulitan untuk mendapatkan bahan bakunya, lidah buaya. Bahan baku itu berasal dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Anggalesta yang ada di Kelurahan Ngagglik.
Untuk bisa mengolah lidah buaya, mereka harus mencari informasi lebih dulu melalui internet sekitar delapan bulan lalu. Informasi lain dari berbagai referensi pun dikumpulkan. Pengolahan produk itu mendapat bimbingan dari Gapokltan Anggalesta yang membudidayakan lidah buaya. Dari berbagai percobaan, akhirnya dapat menghasilkan minuman sari lidah buaya, bubuk instant lidah buaya dan permen lidah buaya.
“Untuk testernya, kami berikan pada anak-anak dan para anggota, khususnya untuk minuman sari lidah buaya dan permen. Hasilnya, anak-anak sangat menyukai dan membuat anak semakin sehat,” ujar Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki, Mamik Sumarni.
Pengolahan lidah buaya itu sebelumnya terinspirasi dari testimoni Ketua Gapoktan Anggalesta, Drs. Muhammad A. Aji yang awalnya terkena penyakit gula. Setelah mengkonsumsi lidah buaya instant, ada perubahan pada kesehatannya yang menjadi lebih baik. Dari inspirasi itulah, akhirnya kelompok tani yang dipimpinnya memproduksi olahan lidah buaya.
Awalnya, hanya minuman sari lidah buaya yang dihasilkannya. Kemudian berkembang menjadi bubuk instant lidah buaya, permen lidah buaya, sirup lidah buaya, jenang lidah buaya, selai lidah buaya, steak lidah buaya dan krupuk lidah buaya.“Untuk pemasarannya masih mengandalkan getuk tular dan pameran-pameran yang di gelar Pemkot Batu dan instansi lainnya. Kami juga bekerjasama dengan travel dan biro perjalanan,” terangnya.
Produksi olahan itu mampu memberikan penghasilan tambahan bagi ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitar Kelurahan Ngagglik. Setiap harinya, jumlah produksi minuman sari lidah buaya mencapai 25 dus cup kecil. Sehingga bisa memberikan kesejahteraan kepada keluarganya.
“Meski belum booming seperti sari apel, kami berharap sari lidah buaya juga bisa menjadi andalan Kota Batu dan menjadi ikon Kota Batu, selain apel. Karena sudah banyak yang merasakan khasiat dari lidah buaya,” terangnya.Untuk mewujudkan hal itu, kelompok tani itu akan membangun outlet dilokasi yang strategis agar lebih mudah dijangkau para wisatawan. Agar olahan lidah buaya dapat semakin dikenal masyarakat.