Kampung Bersih Narkoba tersebut, diwakili oleh Dusun Ngandat, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo. Penilaiannya sendiri, dilakukan sejak 10 Juli lalu. Kreterianya, dimulai dari administrasi, dan Ngandat harus bersaing dengan wakil Kabupaten Lumajang untuk mewakili Bakorwil Malang. ‘’ Kami akhirnya lolos dan mewakili Bakorwil Malang, melaju ke tingkat Jatim,’’ ungkap Karjono, Ketua Gerbank (Gerakan Batu Anti Narkoba) Desa Mojorejo. Menurutnya, Dusun Ngandat harus bersaing dengan lima wakil Bakorwil yang ada di Jatim. Mereka berasal dari perwakilan Madiun, Sidoarjo, Blitar dan Madura. Ketika mengikuti penilaian, tim juri langsung turun ke lokasi untuk pengecekan hingga wawancara dengan warga. ‘’ Tim juri itu berasal dari Polda Jatim, Dinkes Jatim dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jatim,’’ tegas Ketua Karang Taruna Desa Mojorejo ini. Menurutnya, dia berani menjamin Ngandat menjadi Kampung Bersih Narkoba. Itu artinya warga setempat bebas dari narkoba selama tahun 2010 dan 2011 sehingga layak dinobatkan menjadi Kampung Bersih Narkoba tingkat Jatim. ‘’Saya tahu persis isi kampung sini, dan berani menjamin jika warga bebas narkoba, baik pengguna maupun pengedar. Saya sangat akrab dengan pemuda-pemuda maupun warga lain, sehingga mengetahui persis kondisi warga sini selama dua tahun terakhir,’’ tegasnya. Pihaknya tidak hanya mempersiapkan kampung bebas narkoba menjelang penilaian saja, melainkan dipersiapkan sudah sejak lama. Dia bersama petugas BNN Kota Batu, dan petugas medis biasa menggelar penyuluhan anti narkoba ke kampung-kampung. Penyuluhan itu juga dilakukan pada pertemuan PKK, Posyandu hingga jamaah tahlil setiap pekan. Sayangnya, sang jawara pengelola kampung bersih narkoba itu belum seberntung atlit dan official PORPROV. Jika atlit mendapatkan bonus hingga Rp 10 juta untuk peraih medali emas, pengelola kampung bersih narkoba tidak ada penghargaan dari Pemkot Batu. ‘’Biaya untuk mengikuti lomba sekitar Rp 19 juta. Bahkan uang pribadi saya juga ludes, dan kini belum kembali. Meski kami juara, namun belum ada penghargaan atau bonus,’’ ungkap Karjono. |
Kamis, 04 Agustus 2011
Dusun Ngandat, Juarai Kampung Bersih Narkoba Jatim
Senin, 01 Agustus 2011
Temuan Obat Diabetes dari Jamur Tiram
MALANG - Ajang pekan ilmiah mahasiswa nasional (Pimnas) 2011 memang telah berlalu. Namun karya-karya besar yang dilahirkan mahasiswa dalam ajang ini masih menjadi buah bibir. Salah satunya adalah karya mahasiswa fakultas kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB) Malang berjudul Stempowering (Stem Cell Empowering) : Inovasi Pengembangan Terapi Auto-Regenerasi Pankreas Berbasis Mobilisasi Hematopoietic Stem Cell pada Mencit Model DM Menggunakan Ekstrak Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)". Banyak harapan agar temuan ini diaplikasikan dalam bentuk produk sehingga bisa dikonsumsi oleh masyarakat. ”Ini memang baru penemuan awal, butuh tiga sampai empat langkah lagi untuk bisa mengaplikasikannya sebagai produk obat,” ungkap salah satu anggota tim peneliti, Al-Farabi. Penelitian ini dilakukan lima mahasiswa program kedokteran di antaranya Al-Farabi, Ikrimah, Nugraha, Zukhri, Alkarimah, dan Permatasari. Dari hasil uji coba mereka ternyata jamur tiram yang diekstraksi bisa membantu mengatasi kerusakan organ tubuh yang memicu penyakit diabetes. Hanya saja tentu jamur tiram ini perlu diolah dengan skala laboratorium. ”Belum ada temuan apakah dengan mengkonsumsi begitu saja tanpa diolah fungsinya akan sama dengan yang sudah mendapat perlakuan lab,” kata mereka. Penelitian yang mendapatkan penghargaan setara emas itu awalnya dibuat karena diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius di abad 21. Dari data yang mereka himpun jumlah penderita DM usia 20-79 tahun di dunia berkisar 150 juta pada tahun 2003 dan diestimasi akan meningkat menjadi 333 juta pada tahun 2023, dimana 90-95 persen penderita DM menderita DM tipe II. Penderita diabetes akan mengalami perubahan morfologi pada sel β, baik dalam ukuran maupun jumlahnya. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur yang memiliki kandungan beta glucan yang tinggi. Pemberian beta glucan pada mencit terbukti meningkatkan G-CSF. G-CSF merupakan stimulan dalam pelepasan hematopoietic stem cell. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak jamur tiram mampu menjadi modalitas penatalaksanaan DM dengan regenerasi sel islet pancreas dan mobilisasi hematopoietic stem cell. |
Makam MBah Batu Diserbu Peziarah
Petugas juru pelihara Makam Mbah Batu, Hadi Sutrsino menjelaskan, perziarah umumnya datang setelah salat taraweh. Namun sejak kemarin pagi sampai menjelang sore tercatat sudah lebih dari 50 peziarah yang datang. “Para peziarah berasal dari Batu dan sekitarnya. Seperti dari Malang, Sidoarjo, Jombang, Kediri, Blitar, Mojokerto, Surabaya dan Pasuruan,” jelas Hadi. Jika dibanding hari biasa, kata Hadi, jumlah peziarah memang tak sebanyak saat Bulan Ramadan. Pada hari-hari biasa, jumlah peziarah dibawah 50 orang pada setiap harinya. Peziarah kata dia tak hanya datang dari dalam negeri saja. Belum lama ini terdapat 25 orang dari Malaysia ziarah ke makam Mbah Batu. “Peziarah dari Malaysia datang dalam satu rombongan pada bulan lalu,” jelasnya. Hadi memprediksi jumlah peziarah pada tahun ini meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ini karena kata dia, makam Mbah Batu semakin dikenal luas seiring dengan tingginya kunjungan wisatawan ke Batu. Selain ziarah, rombongan yang datang juga untuk melakukan penelitian dan belajar sejarah. Lima bulan lalu, tim peneliti dari Vietnam melakukan penelitian. Selain itu juga pelajar, mahasiswa dan kalangan LSM. Untuk diketahui, Mbah Batu berasal dari kata Mbah Tuwo. Karena ucapan,akhirnya lebih dikenal Mbah Batu. Mbah Tuwo adalah orang yang dituakan yang pertama kali menempati hutan Wonoaji, Kecamatan Bumiaji. Sejumlah peziarah yang ditemui secara terpisah mengatakan selalu rutin berziarah ke makam Mbah Batu. Apalagi saat menjelang Bulan Ramadan. Tradisi itu sudah lama dilakukan warga. “Setiap mau Bulan Ramadan, pasti saya ke sini. Ya buat ziarah, bagaimana bagaimana pun juga Mbah Batu adalah sosok yang dituakan disini,” kata sejumlah warga usai ziarah di makam Mbah Batu, kemarin. |
Langganan:
Postingan (Atom)