KALAU selama ini, Kota Batu terkenal dengan minuman sari apel dan sari aneka buah lainnya. Ibu-ibu di Kelurahan Ngagglik yang tergabung dalam Kelompok Tani Wanita Sri Rejeki, memilih untuk mengembangkan produk olahan lidah buaya yang selama ini masih jarang diproduksi di Kota Batu dan daerah lainnya. Meski terbilang baru, mereka berharap produk olahan lidah buaya bisa menjadi andalan Kota Batu, seperti sari apel yang sudah ada. Lidah buaya, siapa yang tidak kenal jenis tanaman satu ini. Lendir atau getah yang dihasilkan dari daun lidah buaya umum digunakan sebagai penyubur rambut. Dalam dunia industri, lidah buaya banyak dimanfaatkan untuk kosmetik, farmasi, kimia, makanan dan minuman. Daging lidah buaya mengandung mineral, asam amino, serat, enzim-enzim, vitamin,serta berbagai zat bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan. Berbekal dari itulah, ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok tani Sri Rejeki Kota Batu belajar mengolah lidah buaya menjadi berbagai produk. Kelompok tani yang bermarkas di Jalan Suropati Gang Yoga itu tidak kesulitan untuk mendapatkan bahan bakunya, lidah buaya. Bahan baku itu berasal dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Anggalesta yang ada di Kelurahan Ngagglik. Untuk bisa mengolah lidah buaya, mereka harus mencari informasi lebih dulu melalui internet sekitar delapan bulan lalu. Informasi lain dari berbagai referensi pun dikumpulkan. Pengolahan produk itu mendapat bimbingan dari Gapokltan Anggalesta yang membudidayakan lidah buaya. Dari berbagai percobaan, akhirnya dapat menghasilkan minuman sari lidah buaya, bubuk instant lidah buaya dan permen lidah buaya. “Untuk testernya, kami berikan pada anak-anak dan para anggota, khususnya untuk minuman sari lidah buaya dan permen. Hasilnya, anak-anak sangat menyukai dan membuat anak semakin sehat,” ujar Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki, Mamik Sumarni. Pengolahan lidah buaya itu sebelumnya terinspirasi dari testimoni Ketua Gapoktan Anggalesta, Drs. Muhammad A. Aji yang awalnya terkena penyakit gula. Setelah mengkonsumsi lidah buaya instant, ada perubahan pada kesehatannya yang menjadi lebih baik. Dari inspirasi itulah, akhirnya kelompok tani yang dipimpinnya memproduksi olahan lidah buaya. Awalnya, hanya minuman sari lidah buaya yang dihasilkannya. Kemudian berkembang menjadi bubuk instant lidah buaya, permen lidah buaya, sirup lidah buaya, jenang lidah buaya, selai lidah buaya, steak lidah buaya dan krupuk lidah buaya.“Untuk pemasarannya masih mengandalkan getuk tular dan pameran-pameran yang di gelar Pemkot Batu dan instansi lainnya. Kami juga bekerjasama dengan travel dan biro perjalanan,” terangnya. Produksi olahan itu mampu memberikan penghasilan tambahan bagi ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitar Kelurahan Ngagglik. Setiap harinya, jumlah produksi minuman sari lidah buaya mencapai 25 dus cup kecil. Sehingga bisa memberikan kesejahteraan kepada keluarganya. “Meski belum booming seperti sari apel, kami berharap sari lidah buaya juga bisa menjadi andalan Kota Batu dan menjadi ikon Kota Batu, selain apel. Karena sudah banyak yang merasakan khasiat dari lidah buaya,” terangnya.Untuk mewujudkan hal itu, kelompok tani itu akan membangun outlet dilokasi yang strategis agar lebih mudah dijangkau para wisatawan. Agar olahan lidah buaya dapat semakin dikenal masyarakat. |
Selasa, 04 Oktober 2011
Olahan Lidah Buaya, Berharap Saingi Sari Apel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Saya bangga dengan aneka budaya dan kesenian kita
BalasHapussaya pernah tinggal di malang batu kota penghasil
APEL dan rasanya tidak kalah dengan pael luar
Thanks
apel memang banyak manfaatnya..
BalasHapus