Malang Raya – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang tidak ingin kecolongan menghadapi kejadian luar biasa (KLB) penyakit Difteri. Dinkes bahkan menyiagakan 69.000 vaksin imunisasi sesuai kebutuhan bayi dan anak-anak.
”Khusus untuk bayi saja jumlahnya sebanyak 10.893 jiwa,”ujar Kepala Dinkes Kota Malang Eny Sekar Rengganingati,kemarin. Vaksin imunisasi ini diberikan secara rutin. Khusus untuk bayi,diberikan vaksin DPT. Sementara untuk anak-anak usia 6-8 tahun,diberikan vaksin DT melalui Posyandu serta di sekolah- sekolah.
Sementara khusus untuk menghadapi KLB Difteri ini,Dinkes juga mendapatkan bantuan 800 vaksin Toxoids Dhiptheria (TD) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim).”Vaksin ini khusus diberikan kepada petugas kesehatan,” terangnya. Khusus vaksi TD tersebut, harus didatangkan dari Pemprov Jatim karena Dinkes Kota Malang tidak memiliki persediaan.
Selain itu,harganya juga sangat mahal.Petugas kesehatan yang diberi vaksin mencakup tenaga bidan, perawat, serta dokter. Mereka dikhawatirkan tertular pasien yang ditanganinya, sehingga harus kebal terlebih dahulu.Selain itu,interaksi petugas dengan pasien juga dikhawatirkan bisa membawa virus tersebut ke tempat lain.
Sedikitnya, ada 700 tenaga kesehatan yang disiagakan untuk mengani KLB ini.Mereka siaga di Puskesmas masing-masing, serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Menurut Eny, penyuluhan sangat penting karena pemberian vaksin DT bagi anak usia 6- 8 tahun masih banyak mengalami kendala.
”Banyak orang tua yang enggan anaknya diberi vaksinasi DT di sekolah.Alasannya sudah divaksinasi dokter swasta,”terangnya.Apabila vaksin tersebut tidak diberikan, pihaknya sangat khawatir anak tidak kebal dari serangan penyakit yang juga bisa memicu kematian ini. Upaya serupa juga dilakukan Dinkes Kota Batu yang langsung bergerak cepat untuk menangkal penyebaran penyakit Difteri ke wilayahnya.
Salah satunya dengan melakukan imunisasi bagi balita dan anak usia 7-15 tahun. Pelaksanaan imunisasi direncanakan pertengahan bulan ini. ”Kita sudah menerima surat edaran dari Dinkes Provinsi Jatim.Intinya kita diminta waspada dengan penyebaran penyakit difteri itu,” jelas Kadinkes Kota Batu dr Endang Triningsih.
Diterangkan, penyebaran virus Difteri terjadi melalui udara, sehingga cukup sulit ditangkal. Penyakit difteri menyerang tenggorokan.Awalnya pasien menderita penyakit tenggorokan yang sulit disembuhkan.
Kalau tidak segera ditangani, pasien bisa meninggal dunia.”Imunisasi akan kita lakukan secara massal di desa dan kelurahan se Kota Batu.Sasarannya pada balita dan pelajar,” katanya.
”Khusus untuk bayi saja jumlahnya sebanyak 10.893 jiwa,”ujar Kepala Dinkes Kota Malang Eny Sekar Rengganingati,kemarin. Vaksin imunisasi ini diberikan secara rutin. Khusus untuk bayi,diberikan vaksin DPT. Sementara untuk anak-anak usia 6-8 tahun,diberikan vaksin DT melalui Posyandu serta di sekolah- sekolah.
Sementara khusus untuk menghadapi KLB Difteri ini,Dinkes juga mendapatkan bantuan 800 vaksin Toxoids Dhiptheria (TD) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim).”Vaksin ini khusus diberikan kepada petugas kesehatan,” terangnya. Khusus vaksi TD tersebut, harus didatangkan dari Pemprov Jatim karena Dinkes Kota Malang tidak memiliki persediaan.
Selain itu,harganya juga sangat mahal.Petugas kesehatan yang diberi vaksin mencakup tenaga bidan, perawat, serta dokter. Mereka dikhawatirkan tertular pasien yang ditanganinya, sehingga harus kebal terlebih dahulu.Selain itu,interaksi petugas dengan pasien juga dikhawatirkan bisa membawa virus tersebut ke tempat lain.
Sedikitnya, ada 700 tenaga kesehatan yang disiagakan untuk mengani KLB ini.Mereka siaga di Puskesmas masing-masing, serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Menurut Eny, penyuluhan sangat penting karena pemberian vaksin DT bagi anak usia 6- 8 tahun masih banyak mengalami kendala.
”Banyak orang tua yang enggan anaknya diberi vaksinasi DT di sekolah.Alasannya sudah divaksinasi dokter swasta,”terangnya.Apabila vaksin tersebut tidak diberikan, pihaknya sangat khawatir anak tidak kebal dari serangan penyakit yang juga bisa memicu kematian ini. Upaya serupa juga dilakukan Dinkes Kota Batu yang langsung bergerak cepat untuk menangkal penyebaran penyakit Difteri ke wilayahnya.
Salah satunya dengan melakukan imunisasi bagi balita dan anak usia 7-15 tahun. Pelaksanaan imunisasi direncanakan pertengahan bulan ini. ”Kita sudah menerima surat edaran dari Dinkes Provinsi Jatim.Intinya kita diminta waspada dengan penyebaran penyakit difteri itu,” jelas Kadinkes Kota Batu dr Endang Triningsih.
Diterangkan, penyebaran virus Difteri terjadi melalui udara, sehingga cukup sulit ditangkal. Penyakit difteri menyerang tenggorokan.Awalnya pasien menderita penyakit tenggorokan yang sulit disembuhkan.
Kalau tidak segera ditangani, pasien bisa meninggal dunia.”Imunisasi akan kita lakukan secara massal di desa dan kelurahan se Kota Batu.Sasarannya pada balita dan pelajar,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar