Welcome to the Earth .... --- Salam Warkop ---

Halaman

Jumat, 18 November 2011

KIM Wakop Juara I Grand Final LCCK 2011


Alhamdulillah, satu tugas kecil telah mampu kami lalui, yakni Grand Final Lomba Cerdik Cermat Komunikatif (LCCK) antar Pemenang Tingkat Bakorwil se-Jawa Timur.

Bagi kami kemenangan bukanlah puncak dari sebuah prestasi, sebab dengan kemenangan tersebut semakin besar tanggung jawab yang harus kami emban.  Dengan demikian kami dituntut untuk semakin mampu bertindak arif dan bijaksana dalam memilih dan memilah informasi serta menyebarkannya bagi kemaslahatan bersama.

Hal ini bukanlah tugas yang ringan mengingat kemampuan dan SDM yang kami miliki sangat terbatas, sehingga sangat banyak yang harus kami pelajari dan kami siapkan guna menjalankan tugas tersebut.

Dengan segenap kerendahan hati, kami atas nama KIM Warkop mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah menginspirasi kami.

“Kami tidaklah istimewa, tapi kami cuma sedikit beda, itu saja…”

Salam Warkop




Peserta Grand Final LCCK Tahun 2011
Pembawa Acara Grand Final LCCK 2011

Kentrung Panji Kelana

Sang Suhu (Bpk. Puguh) bersalaman dengan Cak Wariyaji

Pakde Karwo Tiba di Lokasi Pekan KIM Tulungagung

Cak Wariyaji Dialog dengan Cak Topan

Numpang Foto

KIM Warkop tampil Dialog Fragmen

Tim Juri (Bpk. Sukowidodo) Mengumumkan pemenang

Foto Bareng Bpk. Sukowidodo

Kamis, 17 November 2011

Cegah Banjir Dengan Lubang Resapan Biopori

Akibat kurangnya daerah resapan air, musim hujan jadi identik dengan banjir. Anda bisa, lho, membuat lubang resapan sendiri. Dengan teknologi resapan biopori, dan sumur resapan, misalnya.

LUBANG RESAPAN BIOPORI

Salah satu teknik pembuatan lubang resapan yang belakangan populer adalah teknologi biopori, yang dikembangkan Tim Biopori dari Bagian Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. “Teknologi ini sebetulnya bukan teknologi baru,” kata Wahyu Purwakusuma, Wakil Ketua Tim Biopori IPB.
Dinamakan teknologi biopori atau mulsa vertikal karena teknologi ini mengandalkan jasa hewan-hewan tanah, seperti cacing dan rayap, untuk membentuk pori-pori alami dalam tanah, dengan bantuan sampah organik, sehingga air bisa terserap dan struktur tanah diperbaiki.
Tim yang diketuai Ir. Kamir R Brata, MS ini juga mengadopsi kondisi alam. “Kita lihat hutan tak pernah banjir, saat hujan lebat sekalipun. Itu karena di hutan banyak aktivitas biota tanah. Mereka membuat pori-pori di tanah, sehingga resapan hutan terus terjaga. Di hutan, makanan biota tanah juga selalu tersedia, yaitu daun-daunan dan sampah organik hutan,” lanjut Wahyu.
Untuk membuat biopori, dibuat lubang berdiameter 10 cm dan kedalaman 100 cm. “Kedalaman 100 cm ini dengan pertimbangan kebutuhan oksigen bagi biota tanah. Kalau di bawah 100 cm terlalu rendah, sehingga aktivitas biota tanah tidak efektif,” kata Wahyu. Lubang dibuat dengan bor tanah khusus yang dirancang Tim Biopori IPB. Panjang bor 120 cm, diameter bor 10 cm, dan panjang mata bor 20 cm.
Lokasi pembuatan lubang bisa dimana saja di bagian rumah, yang penting ada tanahnya. Lubang ini kemudian diisi dengan sampah organik. Jika sampah belum siap, disumpalkan saja sebagian di bagian atas lubang. “Tidak terlalu padat, tapi dimampatkan. Kalau penuh, jumlah sampah yang dimuat dalam 1 lubang mencapai 8 liter. Itu kalau hanya satu lubang. Idealnya, untuk 100 meter bidang kedap (bidang tanah yang ditutup bangunan) dengan perhitungan curah hujan 50 mm per hari (hujan lebat), butuh sekitar 30 lubang. Jika 30 lubang tadi dikalikan 8 liter sampah per lubang, berarti ada 240 liter sampah yang bisa ditampung,” lanjut Wahyu.
Sampah-sampah ini akan menjadi makanan biota tanah, lalu akan menjadi kompos yang bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman. “Kalau tidak mau pakai, komposnya bisa diambil dan diganti sampah yang baru. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.”
Bisa juga memasukkan biota tanah (cacing, misalnya) ke dalam lubang untuk mempercepat proses. “Ada yang ingin membuat kompos di lubang bipori. Mereka membuat starter untuk mempercepat dekomposisi. Nanti dipanen pas kemarau pada saat tidak ada air.”
Sebetulnya, begitu lubang selesai dibuat, saat itu juga ia akan langsung berfungsi, meski biopori belum terbentuk. “Tapi sifatnya masih resapan pasif, belum ada kegiatan biota tanah yang membuat pori-pori tanah. Begitu ada biota tanah, sekitar seminggu-dua minggu setelah pembuatan lubang, maka resapan akan berfungsi penuh. Ini ditandai dengan bagusnya resapan. Air lebih cepat meresap ke tanah,” lanjut Wahyu.
Teknologi biopori ini sangat cocok bagi rumah tangga, karena sangat mudah dan hanya butuh ruang yang kecil. “Panjang mata bor hanya 20 cm, hanya mengebor untuk kedalaman 20 cm. Setelah 20 cm, tanah dikeluarkan dulu, baru kemudian dibor lagi. Tak perlu khawatir lubang ini bakal menjadi lubang persembunyian tikus atau ular. Tikus nggak suka lubang vertikal, karena kalau ia masuk, nggak bakal bisa keluar. Ular pun begitu. Apalagi nantinya ada sampah. Panas. Tikus nggak bakal mau.”
Tim Biopori IPB menyediakan bor tanah untuk membuat lubang biopori. Pemesanan (online) dapat dilakukan melalui email ke sekretariat@biopori.com atau SMS ke: 0817225172 (Wahyu Purwakusuma).

Tips Penanganan Bencana Banjir

Waspada Bahaya Banjir

Bencana banjir Hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan diatas normal dan adanya pasang naik air laut.
Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai dan daerah resapan air) penggundulan hutan, pembuangan sampah ke dalam sungai dsb.

Kenali Penyebab Banjir :
•    Curah hujan tinggi
•    Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
•    Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran airkeluar sempit
•    Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
•    Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bagunan din pinggir sungai
•    Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai

Mengurangi Dampak Banjir :
•    Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
•    Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.
•    Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir
•    Tidak membuang sampah kedalam sungai. Mengadakan program pengerukan sungai.
•    Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
•    Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas dibagian rawan banjir.

Yang Harus Dilakukan Saat Banjir :
•    Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana
•    Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk disebrangi
•    Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
•    Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
•    Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat

Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir :
•    Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
•    Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.

Cegah Banjir dengan :
•    Menjaga kebersihan lingkungan
•    Tanam pohon di sepanjang aliran sungai
•    Bersihkan saluran air secara berkala

Dinkes Siagakan 69.000 Vaksin Difteri

Malang Raya – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang tidak ingin kecolongan menghadapi kejadian luar biasa (KLB) penyakit Difteri. Dinkes bahkan menyiagakan 69.000 vaksin imunisasi sesuai kebutuhan bayi dan anak-anak.
”Khusus untuk bayi saja jumlahnya sebanyak 10.893 jiwa,”ujar Kepala Dinkes Kota Malang Eny Sekar Rengganingati,kemarin. Vaksin imunisasi ini diberikan secara rutin. Khusus untuk bayi,diberikan vaksin DPT. Sementara untuk anak-anak usia 6-8 tahun,diberikan vaksin DT melalui Posyandu serta di sekolah- sekolah.
Sementara khusus untuk menghadapi KLB Difteri ini,Dinkes juga mendapatkan bantuan 800 vaksin Toxoids Dhiptheria (TD) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim).”Vaksin ini khusus diberikan kepada petugas kesehatan,” terangnya. Khusus vaksi TD tersebut, harus didatangkan dari Pemprov Jatim karena Dinkes Kota Malang tidak memiliki persediaan.
Selain itu,harganya juga sangat mahal.Petugas kesehatan yang diberi vaksin mencakup tenaga bidan, perawat, serta dokter. Mereka dikhawatirkan tertular pasien yang ditanganinya, sehingga harus kebal terlebih dahulu.Selain itu,interaksi petugas dengan pasien juga dikhawatirkan bisa membawa virus tersebut ke tempat lain.
Sedikitnya, ada 700 tenaga kesehatan yang disiagakan untuk mengani KLB ini.Mereka siaga di Puskesmas masing-masing, serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Menurut Eny, penyuluhan sangat penting karena pemberian vaksin DT bagi anak usia 6- 8 tahun masih banyak mengalami kendala.
”Banyak orang tua yang enggan anaknya diberi vaksinasi DT di sekolah.Alasannya sudah divaksinasi dokter swasta,”terangnya.Apabila vaksin tersebut tidak diberikan, pihaknya sangat khawatir anak tidak kebal dari serangan penyakit yang juga bisa memicu kematian ini. Upaya serupa juga dilakukan Dinkes Kota Batu yang langsung bergerak cepat untuk menangkal penyebaran penyakit Difteri ke wilayahnya.
Salah satunya dengan melakukan imunisasi bagi balita dan anak usia 7-15 tahun. Pelaksanaan imunisasi direncanakan pertengahan bulan ini. ”Kita sudah menerima surat edaran dari Dinkes Provinsi Jatim.Intinya kita diminta waspada dengan penyebaran penyakit difteri itu,” jelas Kadinkes Kota Batu dr Endang Triningsih.
Diterangkan, penyebaran virus Difteri terjadi melalui udara, sehingga cukup sulit ditangkal. Penyakit difteri menyerang tenggorokan.Awalnya pasien menderita penyakit tenggorokan yang sulit disembuhkan.
Kalau tidak segera ditangani, pasien bisa meninggal dunia.”Imunisasi akan kita lakukan secara massal di desa dan kelurahan se Kota Batu.Sasarannya pada balita dan pelajar,” katanya.

Senin, 14 November 2011

Bahasa Indonesia Berpotensi Jadi Bahasa ASEAN

SEMARANG, KOMPAS.com--Pakar bahasa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Semarang, Dr. Suwandi menilai, bahasa Indonesia potensial dijadikan sebagai bahasa resmi ASEAN dengan segala keunggulan yang dimiliki.
"Kalau dari gramatikal, bahasa Indonesia relatif lebih mudah dipahami dibandingkan bahasa lain, misalnya bahasa Inggris," katanya, di Semarang, Kamis, menanggapi wacana bahasa Indonesia jadi bahasa resmi ASEAN.
Dalam bahasa Indonesia, kata dia, tidak mengenal perbedaan waktu seperti halnya bahasa Inggris yang membedakan susunan gramatikal kata antara sesuatu yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan belum akan terjadi.
Menurut dia, kepraktisan bahasa Indonesia itu menjadi salah satu keunggulan yang memudahkan setiap orang untuk mempelajarinya, apalagi untuk masyarakat yang tinggal di negara-negara kawasan ASEAN.
"Bahasa Indonesia dengan Melayu juga hampir mirip, tentunya lebih familiar bagi masyarakat yang tinggal di kawasan ASEAN setelah bahasa Inggris," kata pengajar Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) IKIP PGRI Semarang itu.
Penulisan bahasa Indonesia yang menggunakan huruf Latin, kata dia, menjadikannya lebih mudah dipelajari siapa pun dibandingkan misalnya bahasa Jepang atau Mandarin yang menggunakan simbol dan tanda yang khas.
"Bentuk tulisan Latin relatif lebih banyak dikenal. Karena itu, untuk mempelajari bahasa Indonesia tak perlu belajar simbol atau tanda, seperti halnya bahasa yang tidak menggunakan penulisan Latin," katanya.
Ia mengatakan, bahasa Indonesia relatif mudah beradaptasi dengan istilah-istilah asing dengan melakukan penyerapan, termasuk istilah Inggris yang seiring waktu kemudian diserap menjadi bahasa Indonesia.
Persoalannya, kata dia, kesiapan bahasa menjadi bahasa resmi yang digunakan banyak negara bergantung pada seberapa besar ketergantungan terhadap bahasa tersebut dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial, dan budaya.
"Seberapa besar peran bahasa Indonesia dalam kegiatan perekonomian ASEAN? Misalnya menggunakan bahasa Indonesia lebih memudahkan kegiatan perekonomian karena banyak masyarakat yang memakainya," katanya.
Menurut dia, apabila kenyataannya kebergantungan masyarakat ASEAN terhadap penggunaan bahasa Indonesia belum besar, maka sulit juga mewujudkan bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi kedua ASEAN, setelah bahasa Inggris.
Karena itu, kata Suwandi, perlu kesiapan, upaya serius, dan komitmen untuk mewujudkan hal tersebut, tentunya dimulai dari kesadaran penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar oleh masyarakat Indonesia.

Kamis, 10 November 2011

Momen Selamatan Desa Oro-Oro Ombo 2011

Apapun Bentuk Kreasi dan Budaya yang ada
Semua patut untuk dihargai dan diapresiasi

 >>> Salam Warkop  <<<
Foto-foto Kegiatan Selamatan Desa Oro-oro Ombo Tahun 2011

Bu Kades ( Bu Lis ) lagi motret Bu Wali ( Bu Dewanti )

Aksi Jaran Kepang
Aksi Caplok'an
Kereta Kencana

Singo Mendem ...... ???
Leak-Leak an ... ??.
Peserta Poco-Poco RW 05 Krajan
Poco-Poco  ... lagi ...  dari Pohkopek
Kontingen Sandukan RW 6 Krajan
Monster dari RW 3 -- Gak Kereng Blas !!!
Siap-siap action !!! Who ??

Senin, 07 November 2011

Difteri Penyakit Menular dan berbahaya

Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring hingga laring yang merupakan saluran pernafasan bagian atas.
Ciri yang khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.

Penyebab Penyakit Difteri:
Penyebab penyakit difteri adalah jenis bacteri yang diberi nama Corynebacterium diphteriae.

Cara Penularan Penyakit Difteri:
Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya.

Gejala Penyakit Difteri:
• Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,
• Batuk dan pilek yang ringan.
• Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
• Mual, muntah , sakit kepala.
• Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor.
• Kaku leher

Akibat Penyakit Difteri:
Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas, kerusakan jantung dan saraf.
Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung dan ginjal.

Pengobatan Penyakit Difteri
Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah , segeralah di rawat dirumah sakit jangan sampai terlambat. Karena difteri sangat menular penderita perlu diisolasi. Istirahat total di tempat tidur mutlak diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah. Fisioterapi sangat diperlukan untuk penderita yang sarafnya mengalami gangguan sehingga mengakibatkan kelumpuhan. Tindakan trakeotomi diperlukan bagi penderita yang tersumbat jalan nafasnya, dengan membuat lubang pada batang tenggorokan.

Pencegahan Penyakit Difteri :
Difteri jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berikanlah imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu bulan. Jenis imunisasi ini termasuk dalam Lima Imunisasi Dasar Lengkap. Biasanya imunisasi ini berbarengan dengan imunisasi polio, hepatitis B. Sedangkan imunisasi Difteri tergabung dalam Imunisasi D P T atau Difteri, Pertusis dan Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi Campak (Morbili) . Segeralah imunisasi anak anda di Posyandu, Puksemas atau pelayanan kesehatan lainnya.

Pengobatan Penyakit Difteri secara herbal :
Buah jeruk nipis yang telah tua 2 buah, diambil airnya lalu diseduh  dengan air panas 1 gelas, madu 1 sendok makan. Suam-suam kuku gunakan untuk berkumur-kumur selama 3 menit lantas diminum 3 kali sehari 2 sendok makan.
  1. Isi buah pinang 1 butir, ditumbuk halus dan diseduh dengan air panas 1/2 gelas dan madu 1 sendok makan. Suam-suam kuku gunakan untuk kumur-kumur selama 3 menit lantas diminum 3 kali sehari 1 sendok makan.
  2. Buah nanas yang telah masak 3 buah, dikupas dan dicuci bersih, diparut baik-baik diperas dan disaring. Air perasan ini digunakan untuk berkumur-kumur selama 3 menit, kemudian diminum 3 kali 1/2 gelas.
  3. Getah pepaya 15 tetes, diseduh dengan air panas 1 sendok makan. Gunakan ramuan herbal ini untuk berkumur-kumur dalam mulut dan tenggorokan 2-3 menit 3 kali sehari.
  4. Bawang merah 3 butir, daun salam 5 lembar, arang kayu jati 1 jari, mesoyi 1 jari, rimpang jahe 1 jari, adas 1 sendok teh, pulosari 1 jari, ganti 1 jari, jinten hitam 1 sendok teh, gula enau 3 jari. Kesemua bahan dicuci bersih dan ditumbuk hingga halus dan dibubuhi air garam 1 gelas, kemudian diperas dan disaring. Air perasannya diminum dan ampasnya digunakan untuk menggosok leher, dada dan punggung digunakan 1 kali sehari yakni pada malam hari.
Kesemua ramuan herbal diatas berguna untukmengobati penyakit difteri bagi penderita penyakit ini bisa memilih salah satu metode pengobatan sesuai dengan kecocokan dari penderita itu sendiri.


CARA PENULARAN PENYAKIT DIFTERI

Gunakan Gantole Tebar Benih Pohon

BATU – Hujan deras yang mulai rutin mengguyur Kota Batu, bisa mengancam longsoran lereng Gunung Panderman, yang kondisinya sedang gundul pasca kebakaran Oktober lalu. Gundulnya lereng tersebut mencapai 70 hektare, yang tentu mudah tergerus air.
Salah satu tindakan yang mendesak bisa dilakukan Perhutani maupun Pemkot Batu, yakni melarang kawasan tersebut sebagai pendakian. ‘’KPH (Kepala Pemangku Hutan) Malang, sudah mengeluarkan larangan Panderman untuk kegiatan pendakian. Jadi kami juga harus ikut mengamankan sekaligus mengawasi siapapun yang coba-coba naik ke Panderman,’’tegas Supardi, salah satu warga Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu.
Hal senada diungkapkan M Ali Aji, Koordinator LMDH Kota Batu. Menurutnya, jalan setapak menuju puncak Panderman kondisinya benar-benar licin, sehingga sangat membahayakan pendaki.
‘’KPH mengeluarkan larangan dengan tujuan untuk memulihkan kondisi hutan yang baru saja terbakar Oktober lalu. Perhutani sudah menyampaikan informasi itu kepada anggota LMDH Dusun Toyomerto. Intinya selama musim penghujan dilarang mendaki gunung,” terang tegas Ali Aji.
Untuk mengembalikan kondisi hutan itu, kata dia, penghijauan akan dilakukan awal Desember depan. Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Kota Batu, Bambang Parianom menambahkan, untuk pelaksanaan penghijauan akan dilakukan oleh Pemkot, Perhutani, kepolisian anggota TNI, Tagana, LMDH dan masyarakat peduli lingkungan.
Kondisi penghujan seperti sekarang, merupakan waktu yang paling cocok untuk penghijauan karena tidak perlu penyiraman. ‘’Untuk pohon yang akan ditanam, jumlahnya ribuan. Bahkan kami mengusulkan ditanam di bagian lereng yang sulit dijangkau manusia. Benih pohonnya pun, akan ditaburkan lewat udara dengan gantole,” jelas Bambang Parianom.

Ditemukan, Obat Pengendali Hama Apel

PUJON-Petani Apel di wilayah Kota Wisata Batu tak perlu risau dengan serangan hama penyakit kutu sisik di lahan Apel mereka. Pasalnya, M. Tosin (42 tahun) petani asal Jalan Wiyu Pujon Lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang telah menemukan obat pengendali hama. Obat pengendali itu ditemukan Tosin melalui penelitian selama dua tahun di laboratorium rumahnya.
M. Tosin yang juga Ketua Pos Pengembangan Agen Hayati (PPAH) Swadaya Kendali Pujon itu telah bekerja keras. Sebagai ketua PPAH dia sering disambati sejumlah kelompok tani di Pujon maupun binaannya di Kota Wisata Batu. Butuh dua tahun sampai dia menemukan formula rahasia untuk mengendalikan kutu sisik.“Kemunculan kutu sisik itu sebenarnya akibat ulah petani kita sendiri yang memakai obat kimia hingga merusak tanah dan membunuh predator alami,” keluhnya.
Resah dengan kondisi itu, Tosin memberikan pemahaman kepada kelompok tani binaannya. Salah satu upaya untuk bertani sehat adalah dengan meminimalisir pengunaan zat kimia. Pemakaian zat kimiawi akan berdampak panjang terutama memunculkan residu serta hama baru.
“Dengan obat yang saya temukan ini, paling cepat kutu sisik bisa dikendalikan dalam satu musim,” katanya.
Agar tanaman apelnya terhindar dari kutu sisik, petani harus melakukan pembenahan tanah mereka. Yakni dengan memasukkan beberapa mikroba sebagai agen hayati. Pengurangan pemakaian zat kimia juga akan memunculkan kembali predator alami seperti semut hingga belalang sembah.“Selama ini para petani kita asal-asalan dalam menyemprot hama, akibatnya predator alami ikut mati, mikroba di tanah sebagai agen alami juga mati,” paparnya.Setelah dua proses itu dilakukan, baru tanaman disemprot dengan beauveria, fertilisium, metarisium sampai bakteri merah. Ada juga beberapa formula rahasia yang digosokkan ke batang. Tosin mengundang petani yang ingin belajar untuk datang ke rumahnya di Jalan Wiyu Pujon.
“Yang saya sesalkan selama ini pemerintah seperti tutup mata, saya mandiri mas, beli alat laboratorium juga sendiri,” ujar petani lulusan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Yogyakarta itu.
Kembali ke kutu sisik, dia meminta para petani mengenali karakter dari hama tersebut. Biasanya kutu sisik muncul dibawah jam 9 untuk mencari makanan setelah itu kembali ke sarangnya. Para petani harus tahu pula metode penanganan melalui lima tepat, yakni tepat waktu, tepat dosis, tepat aplikasi, tepat sasaran dan tepat jenis obat.“Permasalahan petani adalah mereka memperkosa buah apel yang sebenarnya berasal dari sub tropis yang empat musim, dipaksa terus berbuah dengan berbagai obat yang akhirnya berdampak panjang,” urainya.

Sabtu, 05 November 2011

Dana Jamkesda Kota Batu Habis

Warga Miskin Bisa Tak Dapat Pengobatan Gratis
BATU – Masyarakat miskin Kota Batu, terancam tidak bisa mendapatkan pengobatan secara gratis hingga akhir tahun ini. Masalahnya, dana jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) melalui Dinas Kesehatan sebesar Rp 1,4 M, sudah habis sejak akhir Agustus lalu.
Dinas Kesehatan juga sudah mengajukan anggaran lagi, sebesar Rp 300 juta melalui PAK APBD Tahun 2011 ini. Namun pengajuan tersebut, ditolak oleh Badan Anggaran DPRD Kota Batu dengan dalih anggaran terbatas.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, Endang Triningsih membenarkan jika pengajuan anggaran baru untuk Jamkesda, tidak mendapatkan persetujuan. Dengan begitu anggaran Jamkesda mentok senilai Rp 1,4 M yang sudah dimanfaatkan warga kota ini.
‘’ Kami perkirakan kebutuhan masyarakat miskin untuk pengobatan tersebut, sebesar Rp 300 juta hingga akhir tahun nanti. Kebutuhan baru itu kemudian kami ajukan melalui PAK, namun tidak mendapatkan persetujuan,’’ tegas Endang Triningsih.
Menurutnya, masyarakat miskin yang tercover anggaran APBD tersebut, adalah pemegang kartu Jamkesda dan SPM (Surat Pernyataan Miskin) yang dilegalisir oleh Dinas Kesehatan. Pemegang kartu Jamkesda sebanyak 1600 orang.
Sedangkan pemegang SPM, jumlahnya tidak terhingga sehingga terjadi kekurangan anggaran. ‘’Setiap hari saya menandatangani SPM antara 4-5 orang. Kondisi itu terjadi hingga menjelang akhir tahun seperti sekarang ini, sehingga jumlahnya sangat besar,’’ tegas Ketua IDI Komisariat Malang Barat ini.
Dengan munculnya persoalan itu, salah satu solusi dari Dinkes, kata dia, para pemegang Jamkesda bisa langsung dirujuk ke RSSA Malang ketika mengalami sakit. Dengan begitu, biaya pengobatan maupun perawatan akan dicover oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
Anggota Badan Anggaran DPRD Kota Batu, Punjul Santoso menjelaskan, anggaran APBD memang terbatas dan sudah masuk dalam pos masing-masing. Dia meminta, anggaran Jamkesda tetap dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Batu, dan diambilkan dari proyek yang tidak mungkin dikerjakan dalam tahun ini.
‘’ Contohnya, renovasi Puskesmas atau penambahan mebeler. Lebih baik anggaran itu dialihkan untuk Jamkesda, sehingga tetap bisa dimanfaatkan oleh warga,’’ pungkasnya.

Awas Lalat Bawa Influenza - Diare

BATU – Datangnya musim penghujan seperti sekarang ini, biasanya disertai munculnya penyakit musiman, inflensa dan diare. Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, mengingatkan agar warga tetap waspada selama Nopember ini.
‘’ Kondisi seperti sekarang ini, masih bisa dikatakan sebagai pancaroba (pergantian musim). Penyakit  pada musim pancaroba biasanya influenza dan diare,’’ tegas dr Endang Triningsih.
Menurutnya, penyakit diare sangat rentan menyerang anak-anak ketika musim penghujan. Penyakit tersebut disebarkan oleh lalat, karena sebelumnya hinggap pada kotoran. Sedangkan pada musim penghujan, populasi lalat akan sangat banyak.
Untuk antisipasi, warga tetap harus menjaga kebersihan lingkungan dengan cepat membuang sampah utamanya menjauhkan dari lingkungan yang masih basah. Dinskes pun sudah mengantisipasi dengan memperbanyak obat diare pada musim penghujan ini. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pasien diare untuk rawat jalan dan rawat inap, cukup banyak di Puskesmas Batu. ‘’Kami harus antisipasi. Obat diperbanyak sehingga tidak akan kekurangan jika pasien diare atau influenza meningkat,’’ tegas mantan Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Batu ini.
Ketua IDI Komisariat Malang Barat, ini menambahkan Dinkes menggratiskan biaya pengobatan influenza maupun diare meski ada penambahan obat. Karena itu, setiap ada orang yang mengalami penyakit diare, sebaiknya langsung datang ke Puskesmas.
‘’Kami juga sudah drop obat ke Puskesmas Pandanrejo, Beji dan Junrejo. Puskesmas itu juga pasti kedatangan pasien, yang meningkat pada musim pancaroba seperti sekarang,’’ tegas Endang.
Sedangkan Kepala Puskesmas Batu, dr Santoso,  menjelaskan waktu musim penyakit itu, rata-rata pasien berkunjung ke Puskesmas Batu sebanyak 10 orang per harinya. Jumlah tersebut masih normal, karena musim penghujan masih beberapa hari di Kota Batu. ‘’ Makan dan minum sehat, dan selalu menjaga kebersihan lingkungan adalah antisipasi datangnya penyakit,” imbau Santoso.

Selasa, 01 November 2011

KIM WARKOP : Dekorasi Janur Selamatan Desa Oro-Oro Ombo 2011

Sudah menjadi agenda rutin, setiap bulan besar hari senin pahing setiap tahunnya diadakan kegiatan Selamatan Desa Oro-Oro Ombo.  Pada tahun ini KIM Warkop mendapat kepercayaan untuk mendekorasi kegiatan tersebut dengan menggunakan janur.  
Pengunaan janur tersebut adalah untuk hiasan penjor dan kembang mayang diletakkan pada panggung dan gapura-gapura sepanjang jalan yang ada di Desa Oro-Oro Ombo.  Pada kegiatan ini digunakan hampir 4.000 lembar janur untuk pembuatan 4 buah kembang mayang dan 16 buah penjor.
Pada kegiatan pembuatan janur ini dipimpin langsung oleh Sdr. Wariyaji (Ketua KIM Warkop) selaku penanggung jawab seksi dekorasi.  Sedangkan pada waktu pelaksanaannya kami banyak dibantu oleh rekan-rekan pemuda dari RW 06 Desa Oro-Oro Ombo, antara lain : Bapak Mukhadir, Satuin, Patah (Ketua Kartar Panderman), Cak Agus, Novan, Wahyu dll.  Adapun waktu yang kami butuhkan untuk pembuatan dekorasi tersebut sekitar 3 hari.
Demikian sedikit peran serta kami - KIM Warkop - untuk acara Selamatan Desa Oro-Oro Ombo 2011.

Foto-foto Kegiatan Pembuatan Dekorasi Janur
Cak Wariyaji, Patah lagi motong Janur
Pak Mukhadir, Novan dan wahyu bikin penjor
Cak Agus lagi asyik ......



Satuin, patah dan huda action bikin penjor
Penjor siap di pasang
Cak Wariyaji potong pita peresmian kantor desa