Welcome to the Earth .... --- Salam Warkop ---

Halaman

Jumat, 18 November 2011

KIM Wakop Juara I Grand Final LCCK 2011


Alhamdulillah, satu tugas kecil telah mampu kami lalui, yakni Grand Final Lomba Cerdik Cermat Komunikatif (LCCK) antar Pemenang Tingkat Bakorwil se-Jawa Timur.

Bagi kami kemenangan bukanlah puncak dari sebuah prestasi, sebab dengan kemenangan tersebut semakin besar tanggung jawab yang harus kami emban.  Dengan demikian kami dituntut untuk semakin mampu bertindak arif dan bijaksana dalam memilih dan memilah informasi serta menyebarkannya bagi kemaslahatan bersama.

Hal ini bukanlah tugas yang ringan mengingat kemampuan dan SDM yang kami miliki sangat terbatas, sehingga sangat banyak yang harus kami pelajari dan kami siapkan guna menjalankan tugas tersebut.

Dengan segenap kerendahan hati, kami atas nama KIM Warkop mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah menginspirasi kami.

“Kami tidaklah istimewa, tapi kami cuma sedikit beda, itu saja…”

Salam Warkop




Peserta Grand Final LCCK Tahun 2011
Pembawa Acara Grand Final LCCK 2011

Kentrung Panji Kelana

Sang Suhu (Bpk. Puguh) bersalaman dengan Cak Wariyaji

Pakde Karwo Tiba di Lokasi Pekan KIM Tulungagung

Cak Wariyaji Dialog dengan Cak Topan

Numpang Foto

KIM Warkop tampil Dialog Fragmen

Tim Juri (Bpk. Sukowidodo) Mengumumkan pemenang

Foto Bareng Bpk. Sukowidodo

Kamis, 17 November 2011

Cegah Banjir Dengan Lubang Resapan Biopori

Akibat kurangnya daerah resapan air, musim hujan jadi identik dengan banjir. Anda bisa, lho, membuat lubang resapan sendiri. Dengan teknologi resapan biopori, dan sumur resapan, misalnya.

LUBANG RESAPAN BIOPORI

Salah satu teknik pembuatan lubang resapan yang belakangan populer adalah teknologi biopori, yang dikembangkan Tim Biopori dari Bagian Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. “Teknologi ini sebetulnya bukan teknologi baru,” kata Wahyu Purwakusuma, Wakil Ketua Tim Biopori IPB.
Dinamakan teknologi biopori atau mulsa vertikal karena teknologi ini mengandalkan jasa hewan-hewan tanah, seperti cacing dan rayap, untuk membentuk pori-pori alami dalam tanah, dengan bantuan sampah organik, sehingga air bisa terserap dan struktur tanah diperbaiki.
Tim yang diketuai Ir. Kamir R Brata, MS ini juga mengadopsi kondisi alam. “Kita lihat hutan tak pernah banjir, saat hujan lebat sekalipun. Itu karena di hutan banyak aktivitas biota tanah. Mereka membuat pori-pori di tanah, sehingga resapan hutan terus terjaga. Di hutan, makanan biota tanah juga selalu tersedia, yaitu daun-daunan dan sampah organik hutan,” lanjut Wahyu.
Untuk membuat biopori, dibuat lubang berdiameter 10 cm dan kedalaman 100 cm. “Kedalaman 100 cm ini dengan pertimbangan kebutuhan oksigen bagi biota tanah. Kalau di bawah 100 cm terlalu rendah, sehingga aktivitas biota tanah tidak efektif,” kata Wahyu. Lubang dibuat dengan bor tanah khusus yang dirancang Tim Biopori IPB. Panjang bor 120 cm, diameter bor 10 cm, dan panjang mata bor 20 cm.
Lokasi pembuatan lubang bisa dimana saja di bagian rumah, yang penting ada tanahnya. Lubang ini kemudian diisi dengan sampah organik. Jika sampah belum siap, disumpalkan saja sebagian di bagian atas lubang. “Tidak terlalu padat, tapi dimampatkan. Kalau penuh, jumlah sampah yang dimuat dalam 1 lubang mencapai 8 liter. Itu kalau hanya satu lubang. Idealnya, untuk 100 meter bidang kedap (bidang tanah yang ditutup bangunan) dengan perhitungan curah hujan 50 mm per hari (hujan lebat), butuh sekitar 30 lubang. Jika 30 lubang tadi dikalikan 8 liter sampah per lubang, berarti ada 240 liter sampah yang bisa ditampung,” lanjut Wahyu.
Sampah-sampah ini akan menjadi makanan biota tanah, lalu akan menjadi kompos yang bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman. “Kalau tidak mau pakai, komposnya bisa diambil dan diganti sampah yang baru. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.”
Bisa juga memasukkan biota tanah (cacing, misalnya) ke dalam lubang untuk mempercepat proses. “Ada yang ingin membuat kompos di lubang bipori. Mereka membuat starter untuk mempercepat dekomposisi. Nanti dipanen pas kemarau pada saat tidak ada air.”
Sebetulnya, begitu lubang selesai dibuat, saat itu juga ia akan langsung berfungsi, meski biopori belum terbentuk. “Tapi sifatnya masih resapan pasif, belum ada kegiatan biota tanah yang membuat pori-pori tanah. Begitu ada biota tanah, sekitar seminggu-dua minggu setelah pembuatan lubang, maka resapan akan berfungsi penuh. Ini ditandai dengan bagusnya resapan. Air lebih cepat meresap ke tanah,” lanjut Wahyu.
Teknologi biopori ini sangat cocok bagi rumah tangga, karena sangat mudah dan hanya butuh ruang yang kecil. “Panjang mata bor hanya 20 cm, hanya mengebor untuk kedalaman 20 cm. Setelah 20 cm, tanah dikeluarkan dulu, baru kemudian dibor lagi. Tak perlu khawatir lubang ini bakal menjadi lubang persembunyian tikus atau ular. Tikus nggak suka lubang vertikal, karena kalau ia masuk, nggak bakal bisa keluar. Ular pun begitu. Apalagi nantinya ada sampah. Panas. Tikus nggak bakal mau.”
Tim Biopori IPB menyediakan bor tanah untuk membuat lubang biopori. Pemesanan (online) dapat dilakukan melalui email ke sekretariat@biopori.com atau SMS ke: 0817225172 (Wahyu Purwakusuma).

Tips Penanganan Bencana Banjir

Waspada Bahaya Banjir

Bencana banjir Hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan diatas normal dan adanya pasang naik air laut.
Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai dan daerah resapan air) penggundulan hutan, pembuangan sampah ke dalam sungai dsb.

Kenali Penyebab Banjir :
•    Curah hujan tinggi
•    Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
•    Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran airkeluar sempit
•    Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
•    Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bagunan din pinggir sungai
•    Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai

Mengurangi Dampak Banjir :
•    Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
•    Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.
•    Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir
•    Tidak membuang sampah kedalam sungai. Mengadakan program pengerukan sungai.
•    Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
•    Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas dibagian rawan banjir.

Yang Harus Dilakukan Saat Banjir :
•    Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana
•    Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk disebrangi
•    Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
•    Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
•    Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat

Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir :
•    Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
•    Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.

Cegah Banjir dengan :
•    Menjaga kebersihan lingkungan
•    Tanam pohon di sepanjang aliran sungai
•    Bersihkan saluran air secara berkala

Dinkes Siagakan 69.000 Vaksin Difteri

Malang Raya – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang tidak ingin kecolongan menghadapi kejadian luar biasa (KLB) penyakit Difteri. Dinkes bahkan menyiagakan 69.000 vaksin imunisasi sesuai kebutuhan bayi dan anak-anak.
”Khusus untuk bayi saja jumlahnya sebanyak 10.893 jiwa,”ujar Kepala Dinkes Kota Malang Eny Sekar Rengganingati,kemarin. Vaksin imunisasi ini diberikan secara rutin. Khusus untuk bayi,diberikan vaksin DPT. Sementara untuk anak-anak usia 6-8 tahun,diberikan vaksin DT melalui Posyandu serta di sekolah- sekolah.
Sementara khusus untuk menghadapi KLB Difteri ini,Dinkes juga mendapatkan bantuan 800 vaksin Toxoids Dhiptheria (TD) dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim).”Vaksin ini khusus diberikan kepada petugas kesehatan,” terangnya. Khusus vaksi TD tersebut, harus didatangkan dari Pemprov Jatim karena Dinkes Kota Malang tidak memiliki persediaan.
Selain itu,harganya juga sangat mahal.Petugas kesehatan yang diberi vaksin mencakup tenaga bidan, perawat, serta dokter. Mereka dikhawatirkan tertular pasien yang ditanganinya, sehingga harus kebal terlebih dahulu.Selain itu,interaksi petugas dengan pasien juga dikhawatirkan bisa membawa virus tersebut ke tempat lain.
Sedikitnya, ada 700 tenaga kesehatan yang disiagakan untuk mengani KLB ini.Mereka siaga di Puskesmas masing-masing, serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Menurut Eny, penyuluhan sangat penting karena pemberian vaksin DT bagi anak usia 6- 8 tahun masih banyak mengalami kendala.
”Banyak orang tua yang enggan anaknya diberi vaksinasi DT di sekolah.Alasannya sudah divaksinasi dokter swasta,”terangnya.Apabila vaksin tersebut tidak diberikan, pihaknya sangat khawatir anak tidak kebal dari serangan penyakit yang juga bisa memicu kematian ini. Upaya serupa juga dilakukan Dinkes Kota Batu yang langsung bergerak cepat untuk menangkal penyebaran penyakit Difteri ke wilayahnya.
Salah satunya dengan melakukan imunisasi bagi balita dan anak usia 7-15 tahun. Pelaksanaan imunisasi direncanakan pertengahan bulan ini. ”Kita sudah menerima surat edaran dari Dinkes Provinsi Jatim.Intinya kita diminta waspada dengan penyebaran penyakit difteri itu,” jelas Kadinkes Kota Batu dr Endang Triningsih.
Diterangkan, penyebaran virus Difteri terjadi melalui udara, sehingga cukup sulit ditangkal. Penyakit difteri menyerang tenggorokan.Awalnya pasien menderita penyakit tenggorokan yang sulit disembuhkan.
Kalau tidak segera ditangani, pasien bisa meninggal dunia.”Imunisasi akan kita lakukan secara massal di desa dan kelurahan se Kota Batu.Sasarannya pada balita dan pelajar,” katanya.

Senin, 14 November 2011

Bahasa Indonesia Berpotensi Jadi Bahasa ASEAN

SEMARANG, KOMPAS.com--Pakar bahasa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Semarang, Dr. Suwandi menilai, bahasa Indonesia potensial dijadikan sebagai bahasa resmi ASEAN dengan segala keunggulan yang dimiliki.
"Kalau dari gramatikal, bahasa Indonesia relatif lebih mudah dipahami dibandingkan bahasa lain, misalnya bahasa Inggris," katanya, di Semarang, Kamis, menanggapi wacana bahasa Indonesia jadi bahasa resmi ASEAN.
Dalam bahasa Indonesia, kata dia, tidak mengenal perbedaan waktu seperti halnya bahasa Inggris yang membedakan susunan gramatikal kata antara sesuatu yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan belum akan terjadi.
Menurut dia, kepraktisan bahasa Indonesia itu menjadi salah satu keunggulan yang memudahkan setiap orang untuk mempelajarinya, apalagi untuk masyarakat yang tinggal di negara-negara kawasan ASEAN.
"Bahasa Indonesia dengan Melayu juga hampir mirip, tentunya lebih familiar bagi masyarakat yang tinggal di kawasan ASEAN setelah bahasa Inggris," kata pengajar Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) IKIP PGRI Semarang itu.
Penulisan bahasa Indonesia yang menggunakan huruf Latin, kata dia, menjadikannya lebih mudah dipelajari siapa pun dibandingkan misalnya bahasa Jepang atau Mandarin yang menggunakan simbol dan tanda yang khas.
"Bentuk tulisan Latin relatif lebih banyak dikenal. Karena itu, untuk mempelajari bahasa Indonesia tak perlu belajar simbol atau tanda, seperti halnya bahasa yang tidak menggunakan penulisan Latin," katanya.
Ia mengatakan, bahasa Indonesia relatif mudah beradaptasi dengan istilah-istilah asing dengan melakukan penyerapan, termasuk istilah Inggris yang seiring waktu kemudian diserap menjadi bahasa Indonesia.
Persoalannya, kata dia, kesiapan bahasa menjadi bahasa resmi yang digunakan banyak negara bergantung pada seberapa besar ketergantungan terhadap bahasa tersebut dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial, dan budaya.
"Seberapa besar peran bahasa Indonesia dalam kegiatan perekonomian ASEAN? Misalnya menggunakan bahasa Indonesia lebih memudahkan kegiatan perekonomian karena banyak masyarakat yang memakainya," katanya.
Menurut dia, apabila kenyataannya kebergantungan masyarakat ASEAN terhadap penggunaan bahasa Indonesia belum besar, maka sulit juga mewujudkan bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi kedua ASEAN, setelah bahasa Inggris.
Karena itu, kata Suwandi, perlu kesiapan, upaya serius, dan komitmen untuk mewujudkan hal tersebut, tentunya dimulai dari kesadaran penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar oleh masyarakat Indonesia.

Kamis, 10 November 2011

Momen Selamatan Desa Oro-Oro Ombo 2011

Apapun Bentuk Kreasi dan Budaya yang ada
Semua patut untuk dihargai dan diapresiasi

 >>> Salam Warkop  <<<
Foto-foto Kegiatan Selamatan Desa Oro-oro Ombo Tahun 2011

Bu Kades ( Bu Lis ) lagi motret Bu Wali ( Bu Dewanti )

Aksi Jaran Kepang
Aksi Caplok'an
Kereta Kencana

Singo Mendem ...... ???
Leak-Leak an ... ??.
Peserta Poco-Poco RW 05 Krajan
Poco-Poco  ... lagi ...  dari Pohkopek
Kontingen Sandukan RW 6 Krajan
Monster dari RW 3 -- Gak Kereng Blas !!!
Siap-siap action !!! Who ??

Senin, 07 November 2011

Difteri Penyakit Menular dan berbahaya

Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring hingga laring yang merupakan saluran pernafasan bagian atas.
Ciri yang khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.

Penyebab Penyakit Difteri:
Penyebab penyakit difteri adalah jenis bacteri yang diberi nama Corynebacterium diphteriae.

Cara Penularan Penyakit Difteri:
Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya.

Gejala Penyakit Difteri:
• Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,
• Batuk dan pilek yang ringan.
• Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
• Mual, muntah , sakit kepala.
• Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor.
• Kaku leher

Akibat Penyakit Difteri:
Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas, kerusakan jantung dan saraf.
Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung dan ginjal.

Pengobatan Penyakit Difteri
Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah , segeralah di rawat dirumah sakit jangan sampai terlambat. Karena difteri sangat menular penderita perlu diisolasi. Istirahat total di tempat tidur mutlak diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah. Fisioterapi sangat diperlukan untuk penderita yang sarafnya mengalami gangguan sehingga mengakibatkan kelumpuhan. Tindakan trakeotomi diperlukan bagi penderita yang tersumbat jalan nafasnya, dengan membuat lubang pada batang tenggorokan.

Pencegahan Penyakit Difteri :
Difteri jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berikanlah imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu bulan. Jenis imunisasi ini termasuk dalam Lima Imunisasi Dasar Lengkap. Biasanya imunisasi ini berbarengan dengan imunisasi polio, hepatitis B. Sedangkan imunisasi Difteri tergabung dalam Imunisasi D P T atau Difteri, Pertusis dan Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi Campak (Morbili) . Segeralah imunisasi anak anda di Posyandu, Puksemas atau pelayanan kesehatan lainnya.

Pengobatan Penyakit Difteri secara herbal :
Buah jeruk nipis yang telah tua 2 buah, diambil airnya lalu diseduh  dengan air panas 1 gelas, madu 1 sendok makan. Suam-suam kuku gunakan untuk berkumur-kumur selama 3 menit lantas diminum 3 kali sehari 2 sendok makan.
  1. Isi buah pinang 1 butir, ditumbuk halus dan diseduh dengan air panas 1/2 gelas dan madu 1 sendok makan. Suam-suam kuku gunakan untuk kumur-kumur selama 3 menit lantas diminum 3 kali sehari 1 sendok makan.
  2. Buah nanas yang telah masak 3 buah, dikupas dan dicuci bersih, diparut baik-baik diperas dan disaring. Air perasan ini digunakan untuk berkumur-kumur selama 3 menit, kemudian diminum 3 kali 1/2 gelas.
  3. Getah pepaya 15 tetes, diseduh dengan air panas 1 sendok makan. Gunakan ramuan herbal ini untuk berkumur-kumur dalam mulut dan tenggorokan 2-3 menit 3 kali sehari.
  4. Bawang merah 3 butir, daun salam 5 lembar, arang kayu jati 1 jari, mesoyi 1 jari, rimpang jahe 1 jari, adas 1 sendok teh, pulosari 1 jari, ganti 1 jari, jinten hitam 1 sendok teh, gula enau 3 jari. Kesemua bahan dicuci bersih dan ditumbuk hingga halus dan dibubuhi air garam 1 gelas, kemudian diperas dan disaring. Air perasannya diminum dan ampasnya digunakan untuk menggosok leher, dada dan punggung digunakan 1 kali sehari yakni pada malam hari.
Kesemua ramuan herbal diatas berguna untukmengobati penyakit difteri bagi penderita penyakit ini bisa memilih salah satu metode pengobatan sesuai dengan kecocokan dari penderita itu sendiri.


CARA PENULARAN PENYAKIT DIFTERI

Gunakan Gantole Tebar Benih Pohon

BATU – Hujan deras yang mulai rutin mengguyur Kota Batu, bisa mengancam longsoran lereng Gunung Panderman, yang kondisinya sedang gundul pasca kebakaran Oktober lalu. Gundulnya lereng tersebut mencapai 70 hektare, yang tentu mudah tergerus air.
Salah satu tindakan yang mendesak bisa dilakukan Perhutani maupun Pemkot Batu, yakni melarang kawasan tersebut sebagai pendakian. ‘’KPH (Kepala Pemangku Hutan) Malang, sudah mengeluarkan larangan Panderman untuk kegiatan pendakian. Jadi kami juga harus ikut mengamankan sekaligus mengawasi siapapun yang coba-coba naik ke Panderman,’’tegas Supardi, salah satu warga Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu.
Hal senada diungkapkan M Ali Aji, Koordinator LMDH Kota Batu. Menurutnya, jalan setapak menuju puncak Panderman kondisinya benar-benar licin, sehingga sangat membahayakan pendaki.
‘’KPH mengeluarkan larangan dengan tujuan untuk memulihkan kondisi hutan yang baru saja terbakar Oktober lalu. Perhutani sudah menyampaikan informasi itu kepada anggota LMDH Dusun Toyomerto. Intinya selama musim penghujan dilarang mendaki gunung,” terang tegas Ali Aji.
Untuk mengembalikan kondisi hutan itu, kata dia, penghijauan akan dilakukan awal Desember depan. Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Kota Batu, Bambang Parianom menambahkan, untuk pelaksanaan penghijauan akan dilakukan oleh Pemkot, Perhutani, kepolisian anggota TNI, Tagana, LMDH dan masyarakat peduli lingkungan.
Kondisi penghujan seperti sekarang, merupakan waktu yang paling cocok untuk penghijauan karena tidak perlu penyiraman. ‘’Untuk pohon yang akan ditanam, jumlahnya ribuan. Bahkan kami mengusulkan ditanam di bagian lereng yang sulit dijangkau manusia. Benih pohonnya pun, akan ditaburkan lewat udara dengan gantole,” jelas Bambang Parianom.

Ditemukan, Obat Pengendali Hama Apel

PUJON-Petani Apel di wilayah Kota Wisata Batu tak perlu risau dengan serangan hama penyakit kutu sisik di lahan Apel mereka. Pasalnya, M. Tosin (42 tahun) petani asal Jalan Wiyu Pujon Lor Kecamatan Pujon Kabupaten Malang telah menemukan obat pengendali hama. Obat pengendali itu ditemukan Tosin melalui penelitian selama dua tahun di laboratorium rumahnya.
M. Tosin yang juga Ketua Pos Pengembangan Agen Hayati (PPAH) Swadaya Kendali Pujon itu telah bekerja keras. Sebagai ketua PPAH dia sering disambati sejumlah kelompok tani di Pujon maupun binaannya di Kota Wisata Batu. Butuh dua tahun sampai dia menemukan formula rahasia untuk mengendalikan kutu sisik.“Kemunculan kutu sisik itu sebenarnya akibat ulah petani kita sendiri yang memakai obat kimia hingga merusak tanah dan membunuh predator alami,” keluhnya.
Resah dengan kondisi itu, Tosin memberikan pemahaman kepada kelompok tani binaannya. Salah satu upaya untuk bertani sehat adalah dengan meminimalisir pengunaan zat kimia. Pemakaian zat kimiawi akan berdampak panjang terutama memunculkan residu serta hama baru.
“Dengan obat yang saya temukan ini, paling cepat kutu sisik bisa dikendalikan dalam satu musim,” katanya.
Agar tanaman apelnya terhindar dari kutu sisik, petani harus melakukan pembenahan tanah mereka. Yakni dengan memasukkan beberapa mikroba sebagai agen hayati. Pengurangan pemakaian zat kimia juga akan memunculkan kembali predator alami seperti semut hingga belalang sembah.“Selama ini para petani kita asal-asalan dalam menyemprot hama, akibatnya predator alami ikut mati, mikroba di tanah sebagai agen alami juga mati,” paparnya.Setelah dua proses itu dilakukan, baru tanaman disemprot dengan beauveria, fertilisium, metarisium sampai bakteri merah. Ada juga beberapa formula rahasia yang digosokkan ke batang. Tosin mengundang petani yang ingin belajar untuk datang ke rumahnya di Jalan Wiyu Pujon.
“Yang saya sesalkan selama ini pemerintah seperti tutup mata, saya mandiri mas, beli alat laboratorium juga sendiri,” ujar petani lulusan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Yogyakarta itu.
Kembali ke kutu sisik, dia meminta para petani mengenali karakter dari hama tersebut. Biasanya kutu sisik muncul dibawah jam 9 untuk mencari makanan setelah itu kembali ke sarangnya. Para petani harus tahu pula metode penanganan melalui lima tepat, yakni tepat waktu, tepat dosis, tepat aplikasi, tepat sasaran dan tepat jenis obat.“Permasalahan petani adalah mereka memperkosa buah apel yang sebenarnya berasal dari sub tropis yang empat musim, dipaksa terus berbuah dengan berbagai obat yang akhirnya berdampak panjang,” urainya.

Sabtu, 05 November 2011

Dana Jamkesda Kota Batu Habis

Warga Miskin Bisa Tak Dapat Pengobatan Gratis
BATU – Masyarakat miskin Kota Batu, terancam tidak bisa mendapatkan pengobatan secara gratis hingga akhir tahun ini. Masalahnya, dana jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) melalui Dinas Kesehatan sebesar Rp 1,4 M, sudah habis sejak akhir Agustus lalu.
Dinas Kesehatan juga sudah mengajukan anggaran lagi, sebesar Rp 300 juta melalui PAK APBD Tahun 2011 ini. Namun pengajuan tersebut, ditolak oleh Badan Anggaran DPRD Kota Batu dengan dalih anggaran terbatas.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, Endang Triningsih membenarkan jika pengajuan anggaran baru untuk Jamkesda, tidak mendapatkan persetujuan. Dengan begitu anggaran Jamkesda mentok senilai Rp 1,4 M yang sudah dimanfaatkan warga kota ini.
‘’ Kami perkirakan kebutuhan masyarakat miskin untuk pengobatan tersebut, sebesar Rp 300 juta hingga akhir tahun nanti. Kebutuhan baru itu kemudian kami ajukan melalui PAK, namun tidak mendapatkan persetujuan,’’ tegas Endang Triningsih.
Menurutnya, masyarakat miskin yang tercover anggaran APBD tersebut, adalah pemegang kartu Jamkesda dan SPM (Surat Pernyataan Miskin) yang dilegalisir oleh Dinas Kesehatan. Pemegang kartu Jamkesda sebanyak 1600 orang.
Sedangkan pemegang SPM, jumlahnya tidak terhingga sehingga terjadi kekurangan anggaran. ‘’Setiap hari saya menandatangani SPM antara 4-5 orang. Kondisi itu terjadi hingga menjelang akhir tahun seperti sekarang ini, sehingga jumlahnya sangat besar,’’ tegas Ketua IDI Komisariat Malang Barat ini.
Dengan munculnya persoalan itu, salah satu solusi dari Dinkes, kata dia, para pemegang Jamkesda bisa langsung dirujuk ke RSSA Malang ketika mengalami sakit. Dengan begitu, biaya pengobatan maupun perawatan akan dicover oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
Anggota Badan Anggaran DPRD Kota Batu, Punjul Santoso menjelaskan, anggaran APBD memang terbatas dan sudah masuk dalam pos masing-masing. Dia meminta, anggaran Jamkesda tetap dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Batu, dan diambilkan dari proyek yang tidak mungkin dikerjakan dalam tahun ini.
‘’ Contohnya, renovasi Puskesmas atau penambahan mebeler. Lebih baik anggaran itu dialihkan untuk Jamkesda, sehingga tetap bisa dimanfaatkan oleh warga,’’ pungkasnya.

Awas Lalat Bawa Influenza - Diare

BATU – Datangnya musim penghujan seperti sekarang ini, biasanya disertai munculnya penyakit musiman, inflensa dan diare. Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, mengingatkan agar warga tetap waspada selama Nopember ini.
‘’ Kondisi seperti sekarang ini, masih bisa dikatakan sebagai pancaroba (pergantian musim). Penyakit  pada musim pancaroba biasanya influenza dan diare,’’ tegas dr Endang Triningsih.
Menurutnya, penyakit diare sangat rentan menyerang anak-anak ketika musim penghujan. Penyakit tersebut disebarkan oleh lalat, karena sebelumnya hinggap pada kotoran. Sedangkan pada musim penghujan, populasi lalat akan sangat banyak.
Untuk antisipasi, warga tetap harus menjaga kebersihan lingkungan dengan cepat membuang sampah utamanya menjauhkan dari lingkungan yang masih basah. Dinskes pun sudah mengantisipasi dengan memperbanyak obat diare pada musim penghujan ini. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, pasien diare untuk rawat jalan dan rawat inap, cukup banyak di Puskesmas Batu. ‘’Kami harus antisipasi. Obat diperbanyak sehingga tidak akan kekurangan jika pasien diare atau influenza meningkat,’’ tegas mantan Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Batu ini.
Ketua IDI Komisariat Malang Barat, ini menambahkan Dinkes menggratiskan biaya pengobatan influenza maupun diare meski ada penambahan obat. Karena itu, setiap ada orang yang mengalami penyakit diare, sebaiknya langsung datang ke Puskesmas.
‘’Kami juga sudah drop obat ke Puskesmas Pandanrejo, Beji dan Junrejo. Puskesmas itu juga pasti kedatangan pasien, yang meningkat pada musim pancaroba seperti sekarang,’’ tegas Endang.
Sedangkan Kepala Puskesmas Batu, dr Santoso,  menjelaskan waktu musim penyakit itu, rata-rata pasien berkunjung ke Puskesmas Batu sebanyak 10 orang per harinya. Jumlah tersebut masih normal, karena musim penghujan masih beberapa hari di Kota Batu. ‘’ Makan dan minum sehat, dan selalu menjaga kebersihan lingkungan adalah antisipasi datangnya penyakit,” imbau Santoso.

Selasa, 01 November 2011

KIM WARKOP : Dekorasi Janur Selamatan Desa Oro-Oro Ombo 2011

Sudah menjadi agenda rutin, setiap bulan besar hari senin pahing setiap tahunnya diadakan kegiatan Selamatan Desa Oro-Oro Ombo.  Pada tahun ini KIM Warkop mendapat kepercayaan untuk mendekorasi kegiatan tersebut dengan menggunakan janur.  
Pengunaan janur tersebut adalah untuk hiasan penjor dan kembang mayang diletakkan pada panggung dan gapura-gapura sepanjang jalan yang ada di Desa Oro-Oro Ombo.  Pada kegiatan ini digunakan hampir 4.000 lembar janur untuk pembuatan 4 buah kembang mayang dan 16 buah penjor.
Pada kegiatan pembuatan janur ini dipimpin langsung oleh Sdr. Wariyaji (Ketua KIM Warkop) selaku penanggung jawab seksi dekorasi.  Sedangkan pada waktu pelaksanaannya kami banyak dibantu oleh rekan-rekan pemuda dari RW 06 Desa Oro-Oro Ombo, antara lain : Bapak Mukhadir, Satuin, Patah (Ketua Kartar Panderman), Cak Agus, Novan, Wahyu dll.  Adapun waktu yang kami butuhkan untuk pembuatan dekorasi tersebut sekitar 3 hari.
Demikian sedikit peran serta kami - KIM Warkop - untuk acara Selamatan Desa Oro-Oro Ombo 2011.

Foto-foto Kegiatan Pembuatan Dekorasi Janur
Cak Wariyaji, Patah lagi motong Janur
Pak Mukhadir, Novan dan wahyu bikin penjor
Cak Agus lagi asyik ......



Satuin, patah dan huda action bikin penjor
Penjor siap di pasang
Cak Wariyaji potong pita peresmian kantor desa

Minggu, 30 Oktober 2011

Arak Merah Putih Sepanjang 1000 Meter

BATU-Kiprah pemuda-pemudi Kota Wisata Batu dalam memeriahkan hari sumpah pemuda ke 83 patut diacungi jempol. Betapa tidak, seribu anak muda berpakaian batik mengarak bendera merah putih sepanjang 1000 meter di jalan protokol Kota Wisata Batu, kemarin.Aksi itu dilakukan dalam rangka launching secara nasional gerakan “Generasi Optimis”.
Bendera Merah Putih yang diarak tersebut sebenarnya bukan barang baru, karena sudah dipasang di Jalan Samadi Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu pada Agustus lalu. Namun saat itu panjang bendera belum mencapai satu kilometer. Saat muncul gagasan mengarak bendera satu kilometer, kemudian bendera dijahit lagi hingga mencapai panjang yang diinginkan.
Butuh waktu sekitar satu bulan untuk menjahit dan menambah panjang bendera hingga 1000 meter. Seluruh masyarakat dan pemuda Pesanggrahan cancut taliwanda untuk mengerjakan misi mereka. Buktinya, hari Minggu kemarin, bendera tersebut benar-benar diarak keliling Kota Batu.
Kali bukan hanya warga Pesanggrahan yang bergerak malah didukung pula oleh pemuda se Kota Batu dan Malang. Total pemuda yang mengarak lebih dari 600 orang, termasuk komunitas yang meramaikan kegiatan itu diperkirakan sudah mencapai 1000 orang. Kirab itu sendiri mulai dilakukan dari Desa Pesanggrahan menuju alun-alun Kota Wisata  Batu sekitar pukul 08.00.“Kegiatan ini sudah kita persiapkan sejak Bulan Agustus mas, yang ikut para pemuda dari seluruh Kota Batu dan ada juga dari Malang,” ujar Simon Purwo Ali Ketua Karang Taruna se Kota Batu.
Menurut Simon, kirab itu dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda ke 83 yang jatuh 28 Oktober 2011. Proses pengerjaan bendera menurut dia dilakukan selama satu bulan. Seluruh pengerjaan dilakukan secara kolektif oleh warga Pesanggrahan tua dan muda.“Pengerjaan dilakukan seluruhnya secara gotong royong, semua saling mengisi,” tegasnya.
Sementara, start kirab di Jalan Trunojoyo melaju menuju Jalan Panglima Sudirman melalui Kantor Pemkot Batu. Kegiatan itu bertajuk kirab bendera 1000 meter, kirab Hanoman, 1000 pemuda berbatik serta kampanye selamatkan desa selamatkan kota. Bendera tersebut dikawal patung Anoman raksasa setinggi sekitar tiga meter.
Koordinator cukup repot juga mengatur seribu relawan yang bertugas mengaraka bendera. Agar bendera tidak putus, seluruh peserta diminta berjalan pelan-pelan sambil mengikuti instruksi melalui megaphone. Kondisi tersebut cukup menyita perhatian para pengguna jalan.
Yang miris, ketika sampai di perempatan Kelenteng Kota Batu, bendera itu sempat ditabrak pengendara jalan. Sejumlah mobil, sepeda motor serta mikrolet menebas jalur bendera. Mereka tak sabar menunggu kirab bendera selesai. Relawan terpaksa mengangkat bendera itu tinggi-tinggi.
Kendati demikian, relawan yang berasal dari Karang Taruna, Siswa SMK-SMU serta elemen pemuda dari Malang itu tetap bersemangat melanjutkan kirab. Sampai di alun-alun sekitar pukul 10.00 saat itu mereka disambut band lokal Kota Batu. Penggulungan bendera super panjang itu memakan waktu sekitar setengah jam dipandu sepuluh relawan.
“Kegiatan ini juga didukung Mustang FM Jakarta, Kemenpora, masyarakat Desa Pesanggrahan, Sahabat Merah Putih mas,” ujar M. Anwar koordinator kirab.
Menurut dia, ada sejumlah hal yang perlu diketahui oleh masyarakat yakni launching Generasi Optimis. Kata dia, kaum muda saat ini yakin dan optimis Indonesia bakal lebih baik. Nantinya dalam aksi tersebut, seluruh relawan akan menerima penghargaan dari Menteri Pemuda dan Olahraga.
“Proses ini lanjutan dari pengibaran bendera di pinggir jalan mas, juga dalam rangka memeriahkan Hari Sumpah Pemuda,” imbuh dia.
Kenapa juga mengarak Anoman, kata dia, tokoh itu adalah simbol dari anak-anak muda. Tokoh hanoman lincah dan gesit seperti anak muda namun juga memiliki kebijaksanaan. Sedangkan mengenai kampanye selamatkan desa dan selamatkan kota adalah gerakan para pemuda.
“Gerakan ini adalah untuk menyelamatkan kearifan lokal kita, sebagai pemuda kita harus optimis dan menjadi pelopor,” tandas dia.

Fashion Street SMAN I Batu

Kreatifitas SMAN I Mainkan Opera, Fashion Show
BATU – Jika biasanya fashion show di atas panggung, namun siswa SMAN 1 Batu, Sabtu (29/10) justru memanfaatkan fasilitas jalan 500 meter untuk catwalk. Bahkan peserta tidak sekedar berlenggak-lenggok, namun mereka bercerita seperti sebuah opera di Jalan Agus Salim Kota Batu.
Fashion street tersebut, merupakan rangkaian kegiatan untuk menyambut Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa. Tema yang diangkat dalam kegiatan menyambut dua hari besar itu, adalah Satukan Perbedaan Budaya dalam Kebersamaan.
Dengan tema tersebut, siswa sekolah berlokasi di Jalan Agus Salim ini, ternyata sangat kreatif. Mereka menampilkan cerita-cerita rakyat hingga legenda lengkap dengan kostum tradisional, yang dikenakan untuk siswa pria maupun perempuan.
Sebut saja satu kelompok siswa, mengangkat cerita Ken Arok. Beberapa siswa pria mengenakan pakaian ala prajurit kerajaan. Satu orang menjadi Ken Arok dan satu menjadi Tunggul Ametung. Perjalanan Ken Arok sebagai rakyat jelata hingga menjadi Raja Singosari juga diceritakan, termasuk cerita tokoh yang namanya diabadikan jadi GOR di Kedungkandang, Kota Malang itu, ketika merebut Ken Dedes, janda Tunggul Ametung.
‘’Kami ingin menggugah pengetahuan dan kepedulian anak-anak, dengan budaya rakyat. Legenda seperti ini adalah bagian sejarah, namun belum tentu ada dalam pelajaran sekolah,’’ ungkap Pamor Patriawan, Waka Kurikulum SMAN 1 Batu.
Fashion street ini diikuti oleh 28 kelompok, berasal dari perwakilan masing-masing kelas. Legenda Minak Jinggo, Joko Tarub dan sederetan cerita rakyat atau legenda itu kesemuanya diatraksikan oleh siswa. Mereka sangat kreatif dalam melakukan acting, musik pengantar opera maupun memilih fashion untuk peragaan. Atraksi itupun sempat membuat Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu, Dewanti Rumpoko bangga.
‘’Semua ini dilombakan. Ada tim juri yang memberikan penilaian dan tim juara akan mendapatkan tropi dan hadiah lain,’’ tegas Pamor.
Sedangkan rangkaian kegiatan selain fashion street, antara lain lomba kebahasaan, mulai Bahasa Indonesia, Inggris, Jerman, dan Jepang. Selain itu pembuatan komik, festival band dan bazaar ikut memeriahkan kegiatan.

Kota Batu Terima Penghargaan Anugrah Wisata Nusantara 2011

BATU – Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko menerima penghargaan dari Gubernur Jatim melalui ajang Anugerah Wisata Nusantara (AWN) Jatim 2011. Penghargaan itu diterimakan di Hotel Mercure- Surabaya, Selasa (25/10) malam. ER- panggilan akrabnya mengatakan, penghargaan tersebut bukan segala-galanya untuk mengembangkan pariwisata di kota apel ini.
Selain wali kota, Kusuma Agrowisata Hotel juga ikut meraih AWN kategori hotel berwawasan lingkungan. Sementara Selecta mendapat nominasi satu kategori obyek wisata pilihan. Sedangkan obyek wisata pilihan terbaik, dimemangkan Banyuwangi.
Kabar peraihan AWN itu, tadi malam juga sempat bergema di panggung malam puncak Gemilang HUT Kota Batu ke 10, di Alun-alun. Ribuan pengunjung pun mengapresiasi dengan tepukan tangan sekaligus sorak kebanggaan.
Penghargaan yang didapat wali kota itu, bisa jadi merupakan kado istimewa HUT kota ini. Tim juri menilai, Wali Kota Batu memiliki komitmen dan kepedulian tinggi dalam mengembangkan sektor pariwisata. Karena komitmen itulah, dunia pariwisata terus berkembang.
‘’Penghargaan merupakan hal yang sangat baik, namun bukan segala-galanya untuk sebuah pengembangan pariwisata,’’ ungkap Eddy Rumpoko.
Menurutnya, dukungan semua pihak dalam pengembangan pariwisata justru lebih penting. Diapun berharap, masyarakat kota ini, aparat hingga pelaku-pelaku objek wisata semakin nyaman untuk peningkatan atau pengembangan pariwisata.
‘’Kalau masih ada pihak yang menjadikan wisatawan adalah sasaran target, tentunya hal itu belum termasuk ikut mengembangkan pariwisata. Jika masih ada yang melakukan, tentu ada wisatawan yang merasa kecewa,’’jelasnya.
Sistem target itu, misalnya dilakukan dengan menjual barang atau jasa yang harganya sangat mahal. Ketika wisatawan makan, harganya pun dipatok tinggi karena wisatawan tentu orang jauh sekaligus tidak kenal dengan warga Batu. Begitu juga kamar hotel, bila harga penginapan maupun parkir kendaraan terlalu tinggi, bakal mengecewakan wisatawan.

Senin, 24 Oktober 2011

DAK Pendidikan Cair Rp. 4,2 M

BATU – Kota Batu mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan, sebesar Rp 4,2 M tahun 2011. Anggaran tersebut tidak hanya digunakan untuk pembangunan fisik, tetapi juga dialokasikan meningkatkan kualitas guru kota ini.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu, RM Zakaria menjelaskan, DAK sebesar itu sudah cair pertengahan Oktober lalu. Dana tersebut sudah siap digunakan untuk program fisik, maupun peningkatan kualitas pengajaran bagi guru.
‘’Pembinaan guru dan pembangunan fisik, harus seimbang menggunakan DAK ini,’’ jelas mantan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batu ini.
Untuk program fisik, kata dia, pihaknya akan membangun 19 lokal kelas untuk 19 SD di tiga kecamatan. Penambahan lokal baru itu, bertujuan untuk membuat daya tampung lokal kelas standart, yakni berisi 30 siswa. Jika satu kelas masih berisi sekitar 40 anak atau bahkan lebih, tentu sudah tidak standart lagi.
Jumlah penambahan lokal kelas yang dibangun dalam tahun ini, hampir sama dengan tahun sebelumnya. Tahun 2010 lalu, DAK digunakan untuk penambahan lokal kelas sebanyak 20 SD. ‘’Jika satu kelas berisi 30 anak, suasana belajar mengajar akan lebih nyaman,’’ tegas Zakaria.
Menurutnya, dana tersebut tidak akan digunakan untuk renovasi gedung sekolah. Masalahnya, kondisi gedung-gedung sekolah di Kota Batu sudah cukup memadahi, baik sekolah yang ada di tengah kota maupun di pinggiran desa.

1337 Tim Ikut Festival Uleg-uleg

BATU-Festival Uleg-uleg yang digelar dalam rangka HUT ke 10 Kota Wisata Batu berlangsung semarak di Alun-alun Kota, kemarin. Dalam festival itu, seribu ibu-ibu turun ke jalan untuk mengikuti lomba rujak manis dan tahu dulit. Ribuan peserta secara bersama-sama menguleg sambal sesuai aba-aba dari panitia.
Dalam kategori lomba rujak manis, tim dari RT 5 RW 4 Desa Punten Kecamatan Bumiaji berhasil menjadi juara pertama dengan nilai 975. Sedangkan Juara 2 direbut Kelurahan Sisir Kecamatan Batu dengan nilai 950. Adapun juara 3 diraih Kelurahan Songgokerto Kecamatan Batu dengan mengantongi nilai 925.
Sesuai catatan panitia, jumlah peserta yang mendaftar mencapai 1337 tim dari seluruh RT dan RW di Kota Batu. Saat perlombaan, jumlah peserta yang hadir di Alun-alun Kota Wisata Batu mencapai 1000 orang. Saking banyaknya peserta yang mengikuti lomba rujak manis tempat lomba bahkan sampai mengitari alun-alun.
Seluruh peserta duduk pada tempat yang disediakan oleh panitia pada sepanjang trotoar yang mengitari alun-alun. Aksi tersebut menjadi tontonan menarik bagi pengendara jalan, wisatawan maupun seluruh warga Kota Wisata Batu. Sekitar pukul 08.00, ibu-ibu dalam kategori lomba rujak manis saling berlomba menguleg sambal.
Hasil ulegan tersebut kemudian dikombinasi dengan buah yang telah mereka persiapkan untuk dinilai juri. Seluruh kreasi peserta selalu terdapat buah khas kota tersebut yakni buah apel dari ladang warga sendiri. Tak hanya menyuguhkan rujak manis, ternyata warga mampu menyajikan menu itu dengan berbagai kreasi.
Adapun kategori tahu dulit, posisi tiga besar diraih oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Wisata Batu. Kantor Ketahanan Pangan Kota Batu merebut juara 1 dengan raihan nilai 950. Juara 2 diduduki peserta nomor 46 yakni Dinas Kesehatan Kota Batu dengan    nilai 925. Sedangkan juara 3 direbut nomor 45 dari Dinas Pendidikan Kota Batu nilainya mencapai 900.
Menariknya, dalam lomba tahu dulit, Ketua TP PKK Kota Batu Dewanti Rumpoko meraih juara 5 dengan nilai 850. Saat menguleg sambal, istri Walikota itu mendapat dukungan dari warga yang menonton lomba. Bahkan saat menguleg warga dengan antusias meminta Dewanti menambah bumbu serta kecap manis.“Festival ini sesuatu yang bagus, gebyarnya mendukung Pemkot Malang, kader PKK dalam hal ini mendukung penuh sebagai peserta,” ujar Dewanti.
 Mistin Wakil Ketua Panitia HUT ke 10 Kota Wisata Batu mengatakan bahwa lomba itu diharapkan bisa menjadi even tahunan. Menurut dia dari 1337 peserta yang mendaftar, yang hadir mencapai lebih dari 1000 orang. Kegiatan tersebut selain menjadi akan diusulkan menjadi agenda tahunan juga dikembangkan sebagai kegiatan ekonomi kreatif.
Ditambahkan,  hadiah kepada pemenang lomba rujak manis akan diberikan tanggal 26 Oktober 2011. Hadiah itu diberikan bersamaan dengan malam Puncak Gemilang 10 tahun Kota Wisata Batu. Sedianya puncak gemilang itu akan digelar mulai pukul 19.00 di Alun-Alun Kota Wisata Batu dengan bintang tamu D’Massive.

Kamis, 20 Oktober 2011

Kreatif Anak, Pelepah Pisang pun Jadi Tempat Tisu

BATU –Anak-anak usia bermain maupun yang sudah duduk di bangku SD se Kota Batu, benar-benar telah mampu menunjukan kreatifitasnya. Digelar secara massal di Alun-alun, mereka berkarya dengan membuat beragam barang-barang tak berguna, menjadi sesuatu yang bermanfaat, bahkan punya nilai jual.
Di arena bertajuk membentuk plastisin, 3 M ( menggunting, melipat dan menempel) serta membuat souvenir itu, diikuti oleh 70 siswa SD dan 300 siswa dari Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak. Kegiatan yang dihiasi canda dan tawa itu, merupakan rangkaian memperingati HUT kota ini ke 10.
Dari lomba membentuk souvenir, siswa-siswa SD banyak menggunakan barang re-used yang dikemas menjadi cindera mata, sehingga barang-barang itu memiliki nilai berharga. Sebut saja pelepah pisang disulap jadi sebagai tempat tisu yang cantik. Begitu juga dengan CD kosong, dicat dengan aneka warna sebagai penghias dinding.
Batok kelapa yang selama ini lebih banyak memenuhi tempat sampah, diolah menjadi  celengan dengan hiasan berbagai ornamen. Bahkan, anak-anak SD itu ada yang mempercantik topi dengan aneka hiasan mulai bunga maupun bulu-bulu ayam.
‘’ Waw.. topi ini bagusnya untuk tanpil di panggung maupun karnaval,’’ungkap Ny Rondang warga Kelurahan Sisir, yang tertarik membeli topi dengan hiasan bulu ayam warna.
RM Zakaria, penanggung jawab kegiatan lomba menjelaskan, bahwa lomba tersebut bertujuan memacu kreatifitas anak-anak yang sekarang masih duduk di bangku Kelompok Bermain hingga SD. Khusus untuk lomba pembuatan sovenir, bisa memacu agar mereka terus berinovasi membuat oleh-oleh bagi wisatawan.
‘’ Jika kreatifitas mereka terus diasa, tidak menutup kemungkinan nantinya mereka makin bisa membuat karya untuk oleh-oleh wisatawan,’’jelas Zakaria.

Selasa, 18 Oktober 2011

Pameran Produk Mahasiswa dan Dosen UM

MALANG - Ingin sehat tapi tidak tersiksa dengan obat ? Mungkin salah satu solusinya minum kopi buatan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Kopi merek Komeng ini bukan kopi biasa. Tapi kopi yang terbuat dari 100 persen buah mengkudu dan cocok dikonsumsi penderita diabetes, tekanan darah tinggi, atau kolesterol. Komeng saat ini dipamerkan di Gedung Graha Cakrawala UM dalam rangka perayaan Dies Natalis UM ke-57.
”Banyak yang ingin makan mengkudu tapi enggan dengan baunya, setelah kami olah jadi kopi bau mengkudu itu bisa hilang,” ungkap mahasiswa UM, Yulian Wahyu .
Aroma kopi memang kental dalam produk ini. Walaupun tentunya bau mengkudu tidak bisa hilang 100 persen sehingga membuat rasanya sedikit aneh. Namun jika dibandingkan mengkonsumsi langsung mengkudu tentunya produk ini jauh lebih nikmat.
Apalagi bisa diseduh dengan air panas dan ditambah sedikit gula, kenikmatan minum kopi plus bisa menyehatkan tubuh. Khasiat minuman ini di antaranya menyetabilkan tekanan darah, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan kadar kolesterol, obat disentri, sakit perut, batuk dan sembelit, melancarkan urin, juga melawan tumor dan kanker. Harganya pun cukup ekonomis, harga satu sachet dengan berat 25 gr hanya Rp 4500. Dan untuk kemasan 200 gram harganya Rp 35 Ribu.
”Kalau untuk harga komersil bisa lebih tinggi, harga yang kami bandrol sekarang belum menghitung tenaga baru bahannya saja,” kata dia.
Komeng ini diproduksi di Tulungagung yang banyak menghasilkan buah mengkudu. Mereka biasa membeli buah tersebut dari petani mengkudu. Kemudian buah dijemur, diopen dan disangrai hingga proses blender.
”Saat ini kami sudah punya pelanggan tetap, yang sudah beli minuman ini selalu minta dikirim lagi,” ujarnya.
Ke depan produk yang dibuat dengan dana dari Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) ini akan didaftarkan ke BPPOM. Karena itu penyempurnaan masih akan terus dilakukan.

Kutu Sisik Serang Pohon Apel

BATU – Setelah penyakit mata ayam banyak menyerang tanaman buah apel, kini giliran penyakit kutu sisik menyerang pohon. Ciri-ciri penyakit ini, pada kulit pohon buah yang menjadi ikon Kota Batu, itu bersisik seperti panuan. Pohon bisa mati, karena jenis penyakit tersebut menghisap sari makanan dalam tanah melalui batang pohon.
Kondisi itulah, yang membuat Sukarni petani apel di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, seperti putus asa karena tanaman apelnya pun terserang kutu sisik. Selain pohon yang cepat mengering, buah apel tidak bisa membesar melainkan teta mengecil. Imbasnya hasil panen terus anjlok.
‘’ Sebelum musin mangga dua bulan lalu, harga apel dari petani masih Rp 7000 sampai 8000 per kilogram. Sekarang harganya antara Rp 4000 hingga 5000 per kilogram dari petani. Kami tentu merugi, karena harga obat sangat mahal,” keluh Sukarni.
Dia menambahkan, kini para petani apel di desanya sudah banyak yang beralih profesi. Alasanya, menjadi petani apel tidak membawa untung. Dan kebanyakan dari mereka, pilih  mengalihkan fungsi lahan untuk tanaman pohon sengon maupun tebu. “ Belum pernah ada bantuan obat-obatan dari pemerintah, untuk mengatasi penyakit pohon apel. Padahal harga obat saat ini sangat tinggi,’’ katanya.
Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, Mat Ali mengatakan bahwa pihaknya sudah lama mendengar keluhan petani apel soal keberadaan kutu sisik itu. Kini timnya sedang mencarikan solusi untuk memberantasnya. ‘’Tim kami sudah melakukan rapat sekaligus penelitian,’’jelas Mat Ali.
Dia pun berusaha memberikan pengertian, agar petani apel tidak beralih ke pertanian jenis lain. Masalahnya apel sudah menjadi ikon kota ini, dan tanaman buah itu terancam akan hilang jika petani berangsur-angsur meninggalkannya.
Data Dinas Pertanian dan Kehutanan menyebutkan, di Kota Batu sekarang lahan apel tinggal 2.500 hektare. Hampir setiap tahun  luas areal selalu berkurang 10 persen, karena lahannya digunakan untuk pemukiman penduduk mapun bangunan lain.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Gabung Siswa SMKN 3, Qori Blusukan ke Pasar Senggol

BATU - Puteri Indonesia 2009, Qori Sandioriva, sejak dua hari ini diam-diam blusukan ke Kota Batu. Kedatangan gadis asal Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD) ini, tidak hanya berwisata saja. Sebaliknya malah mengikuti serangkaian syuting sinetron berjudul Palupi.
Dalam sinetron berdurasi 24 menit itu, Qori berperan menjadi tokoh utama bernama Palupi. Lokasi yang digunakan syuting, salah satunya adalah Alun-Alun sebagai ikon baru kota wisata ini. Lokasi pengambilan gambar lainnya, pasar senggol Alun-alun dan sejumlah kawasan perkampungan di kota ini.
Untuk tokoh Palupi, Qori  berkolaborasi dengan warga Kota Apel ini maupun siswa SMKN 3 Kota Batu.
" Saya sangat senang berada di Kota Batu, karena selain suasananya indah, udaranya pun sejuk," ungkap Qori ‘ Palupi’ Sandioriva di sela-sela pengambilan gambar di Alun-Alun, Sabtu kemarin.
Sinetron Palupi, dokumenter SMKN 3 Kota Batu, dan rencananya bakal ditayangkan di TV-TV lokal, baik di Batu, Malang dan sekolah-sekolah yang masuk jaringan broadcast. SMKN 3 tidak hanya memproduksi Palupi, tetapi juga akan membuat sinetron lain, yakni Wasiat.
" Kami sudah  sering menjadi juara dalam pembuatan film dokumenter pelajar. Sebagai hadiah, kami mendapatkan hadiah block grant senilai Rp 725,3 juta. Block grant itu untuk biaya pembuatan dua sinetron Palupi dan Wasiat, serta penambahan peralatan untuk sekolah," ungkap Didit Priyo Utomo, Kepala SMKN 3 Batu.
Dalam petunjuk penggunaan block grant itu, sekolah harus menggandeng praktisi dalam pembuatan sinetron. Kemudian, pihak sekolah kerjasama dengan sutradara Nawi Hamzah dari MD Entertaint. Dia merupakan sutradara kawakan dalam FTV, yang hasil produksinya sering ditayangkan TV-TV nasional.

Jumat, 14 Oktober 2011

Selamatan Desa Oro-Oro Ombo 2011



Sebagai upaya dalam rangka melestarikan adat dan budaya yang sudah ada, maka pada tanggal 31  Oktober 2011 dan 5 November 2011 Desa Oro-oro Ombo mengadakan Selamatan Desa. Selamatan Desa untuk tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang mana untuk tahun ini dilaksanakan 2 hari yaitu Senin Pahing, 31 Oktober 2011 dengan acara Ritual yang meliputi Tirakatan dan Selamatan di Punden, Selamatan di Talang Khutukan, Selamatan di Watu Tumpuk, dan pada siangnya dilaksanakan Kesenian Tayuban  serta pada malam harinya dilaksanakan Resepsi yang ditutup dengan acara Pagelaran Wayang Kulit.
Sedangkan pada Sabtu Pahing, 5 November 2011 dilaksanakan acara Pawai Budaya.  Pada pawai budaya diikuti oleh peserta dari masing-masing RW yang ada di Desa Oro-oro Ombo yang berjumlah 13 RW dengan menampilkan kesenian yang ada di masing-masing RW tersebut seperti : Sanduk, Jaran Kepang, Terbang Jidor, Pencak Silat, Reog dll.  Sedangkan dari Perwakilan Lembaga Pendidikan yang ada biasanya ditampilkan Drum Band, Pawai Pendidikan dll. 
Semoga Dengan adanya  Selamatan Desa Oro-oro Ombo 2011, Makin Memperkokoh Kerukunan dan Mampu Melestarikan Adat dan Budaya yang ada. 
Salam Warkop




Macan Kumbang Turun Kampung

Toyomarto Terancam, Pemkot Siapkan Hujan Butan
BATU - Kerbakaran hutan Gunung Panderam, hingga kemarin makin meluas. Kobaran api terus merembet, dan diperkirakan sudah 70 Ha hutan pinus yang dilahap si jago merah selama dua hari ini. Kondisi itulah yang membuat petugas pemadam kebakaran dengan dukungan relawan, angkat tangan.
Tingkat kesulitan memadamkan api, tak lain kondisi medan yang sangat sulit dicapai petugas pemadam dari Perhutani maupun masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Mereka harus berjalan kaki menelusuri jalan setapak lebih dari lima kilometer, jika harus menuju sumber api di puncak Panderman.
‘’Kami sudah melakukan upaya pemadaman. Namun minimnya peralatan serta medan yang sangat sulit, menjadikan kebakaran makin sulit dikendalikan,’’ tegas Asisten Perhutani Pujon, Khairudin, Jumat kemarin.
Pihaknya mengkhawatirkan, kebakaran semakin tidak terkendali itu akan membahayakan pemukiman penduduk di kaki Panderman. Jika kebakaran terus merambat, bukan tidak mungkin kawasan seperti Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu akan terancam. ‘’ Belum ada hitungan pasti soal luas kawasan hutan yang terbakar. Namun kami memperkirakan sekitar 70 hektare sudah ludes,’’ ungkapnya.
Sebelumnya, sekitar 25 orang dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Perhutani, Tagana, Pemkot Batu, berupaya mencegah agar kebakaran tidak meluas. Langkah yang dilakukan dengan membersihkan ilalang atau benada-benda yang mudah terbakar. Namun usaha itu ternyata belum membuahkan hasil, karena angin kencang kian membuat api cepat menjalar.
Pemkot Batu, kini sedang mengupayakan hujan buatan untuk membantu memadamkan api. ‘’Pemadaman dari darat dengan mendatangkan PMK atau mengandalkan alat seadanya, jelas tidak bisa dilakukan. Kami mengupayakan pemadaman dari udara hujan buatan,” ungkap Eddy Rumpoko, Wali Kota Batu.
Kebakaran itu juga sempat membuat hewan-hewan turun dari Gunung. Warga Dusun Toyomarto sempat melihat empat ekor harimau turun, Kamis (13/10) malam. Pagi kemarin, warga juga melihat rombongan kera turun dari Panderman ke lahan pertanian dusun itu.
 ‘’Harimau melintas turun sekitar pukul 21.00. Kami sempat memburunya, namun kehilangan jejak,’’ ungkap Sukamto, salah satu warga Desa Pesanggrahan.

Limbah Dapur pun Jadi Pupuk

BAGI warga Kelurahan Ngaglik, limbah rumah tangga tidak harus dibuang. Melinkan bisa dikumpulkan, selanjutnya diolah menjadi sesuatu yang berguna. Salah satunya, dengan ‘menyulap’ limba itu menjadi pupuk organik yang sangat berguna menyuburkan tanah.
‘’ Pada prinsipnya limbah rumah tangga itu ada dua macam, yakni anorganik dan organik. Limbah anorganik,  adalah limbah yang tidak bisa larut, Sedangkan limbah organik, merupakan limbah yang bisa larut,’’ ungkap Ali Aji, Sekretaris LMPK Kelurahan Ngaglik.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah keluarga menjadi barang yang lebih berguna, ibu-ibu warga kelurahan itu mendapatkan pelatihan secara khusus. Ali Aji menjadi salah satu instruktur MOL (Mikro Organisme Lokal), dan pupuk organik dari limbah rumah tangga.
Limbah organik rumah tangga, misalnya sayur, kertas dan bahan makanan. Sedangkan limbah anorganik, misalnya kaca pecahan piring dan gelas maupun panci. ‘’Kalau ingin menghilangkan sampah anorganik, semuanya harus dihancurkan. Sedangkan sampah organik tidak perlu dihilangkan, tetapi bisa diolah,’’ urai pria warga Jalan Abdul Gani II Kota Batu ini.
Ketika berada dalam lingkungan rumah tangga, limbah-limbah tersebut sudah harus dipisahkan berdasarkan jenisnya. Khusus kelurahan di Nggalik, sudah ada petugas khusus yang mengambil sampah itu hingga ke rumah-rumah penduduk. Khusus limbah organik, semua bahan dikumpulkan dan diolah secara khusus dengan menggunakan MOL, tambahnya.
Pupuk organik itu sangat berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah. Masalahnya, tanah selama ini sudah banyak dipupuk menggunakan pupuk anorganik atau kimia. Dengan begitu unsur hara pada tanah rusak, sehingga kesuburan berkurang.
‘’Ketika dipupuk menggunakan organik, kesuburan tanah bisa kembali sehingga baik untuk menanam segala jenis tanaman. Dan setelah bisa membuat pupuk organic ini, warga diberikan polyback untuk menanam aneka kebutuhan, seperti lombok, sawi dan lain-lain. Barang-barang tersebut biasa digunakan untuk kehidupan sehari-hari,’’ pungkasnya.

Minggu, 09 Oktober 2011

BFF 2011 : Desa Oro-Oro Ombo Tampil Dengan Harmonisasi Kehidupan




Kota Batu terkenal dengan cultur budaya dan keindahan alamnya, sehingga sangatlah tepat dan sesuai dengan Visi Kota Batu sebagai Kota Wisata.  
Seiring dengan perkembangan sektor pariwisata yang teramat pesat, maka sangat dibutuhkan sebuah kearifan lokal untuk mensikapi perkembangan wisata tersebut, sebab tanpa adanya kearifan tersebut maka perkembangan wisata hanya akan merusak keseimbangan ekosistem dan alam yang ada.   
Adapun Kearifan Lokal tersebut tak lain adalah kemampuan kita untuk tetap dapat menjaga Harmonisasi Kehidupan yang telah ada, baik itu flora, fauna, manusia dan alam sekitarnya, sehingga perkembangan pariwisata yang begitu pesat tidak menjadi bencana bagi alam lingkungan dan kehidupan manusia yang ada.
Pada Event Batu Flower Festival 2011, Desa Oro-Oro Ombo mengangkat tema tentang Harmonisasi Kehidupan, hal tersebut tampak dari mobil hias yang ditampilkan.  Pada mobil hias tersebut, digambarkan seorang gadis berada di lingkungan alam yang asri dengan pohon dan bunga di sekelilingnya.  Tak lupa terdapat pula satwa-satwa baik burung, rusa serta kupu-kupu yang mengelilinginya.  Semuanya itu menggambarkan bentuk keindahan Kota Batu yang tak tertandingi dari segi keindahan alamnya.   Tampak pula di sisi kanan dan kiri, tebing-tebingan yang indah serta penataan tanaman hias dan motif etnik sedemikian rupa, sehingga keindahan itu semakin terekspos.  Sedangkan pemakaian aneka bunga hias menunjukkan bahwa kota batu adalah kota bunga, hal ini terbukti dengan banyaknya bunga hias yang digunakan pada event mobil hias kali ini.
Dari gambaran mobil hias tersebut, maka pada dasarnya Kota Batu sudah sepantasnya untuk menyatakan diri sebagai Kota Wisata di Jawa Timur.   Hal ini ditandai dengan banyaknya potensi wisata yang ada baik itu, Cultur Budaya, Keindahan Alam dan Tempat Wisata yang ada.   Tidak hanya itu, potensi masyarakat Kota Batu yang sedemikian besar tingkat kepeduliannya terhadap alam lingkungan dan cultur budaya juga merupakan aset yang sangat berharga bagi perkembangan sebuah Kota Pariwisata, sehingga sangat patut bagi kita semua untuk tetap melestarikan budaya tersebut.   Semua itu hanya bisa dipertahankan dan dilestarikan apabila ada peran serta aktif dari seluruh masyarakat dan Pemerintah Kota Batu.  
Demikian sekilas tentang tema Harmonisasi Lingkungan, yang tak lain adalah bertujuan untuk mengingatkan kembali agar kita semua mampu mempertahankan sebuah nilai kearifan lokal guna kepentingan dan kemaslahatan yang lebih luas, baik bagi kita sekarang maupun untuk generasi yang akan datang.
                                                                                             
Dirgahayu Kota Batu             
 8 Oktober 2011

Sekecil apapun sebuah kepercayaan, 
Jika dilaksanakan dengan penuh dedikasi, 
Hasilnya adalah yang terbaik.
Salam Warkop

Rancangan Mobil Hias
Putri Wisata
Kang Wariyaji lagi asyik ??


Tebing-tebingan sisi mobil hias


Lagi Ngecat tebing-tebingan

Tampak Harmonisasinya

Ada Burungnya juga ...



Siap Action ... Go !!!