Pelaksanaan gelaran Malang Kembali ke-6 yang dihelat di sepanjang Jalan Ijen sejak 19-22 Mei berlangsung sukses dan salah satu agenda tahunan Pemkot Malang ini pada pukul 20.00 WIB resmi ditutup oleh Walikota Malang, Drs. Peni Suparto, M.AP. Nampak hadir pada acara penutupan ini di kursi undangan, para kepala SKPD, jajaran DPRD, keluarga besar TP PKK, Dharma Wanita dan pejabat tinggi lainnya.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Ida Ayu Made Wahyuni, pengunjung Malang Kembali kali ini sangat antusias dan ini terbukti dengan jumlah pengunjung yang mencapai 600 ribu dalam setiap harinya. “Pengunjung Malang Kembali ini tidak hanya berasal dari Malang raya saja, tetapi juga banyak yang dari luar Malang. Sehingga dengan tingginya jumlah pengunjung ini, gelaran Malang Kembali sangat menghibur dan berguna bagi masyarakat,” ujar Ida saat ditemui pada acara penutupan, Minggu (22/5).
Ida menambahkan, bahwa selama 4 hari pelaksanaan Malang Kembali ini, juga diperoleh data bahwa uang yang berputar atau beredar di sepanjang 2 km Jalan Besar Ijen mencapai 6 miliar. “Kami memperoleh data tersebut berdasarkan angket yang kami sebar ke 500 stan yang mengikuti Festival Malang Kembali. Karena antusiasme pengunjung tinggi, para peserta juga menginginkan agar pelaksanaan Malang Kembali bisa diperpanjang pada pelaksanaan berikutnya,” sambungnya.
“Untuk mewadahi para UKM atau para seniman, Pemkot Malang atau pihak terkait lainnya perlu mewadahi lagi potensi mereka dan tidak hanya diadakan acara seperti Malang Kembali saja. Banyak sekali makanan atau jajanan serta berbagai kesenian khas Indonesia yang hampir punah, sehingga perlu perhatian khusus dari pemerintah,” lanjut Ida.
Sementara itu, Walikota Malang Drs. Peni Suparto, M.AP menyampaikan bahwa penyelenggaraan Malang Kembali ini juga sebagai pembelajaran kepada generasi muda tentang sejarah. “Sejarah Malang sangat luas dan berawal dari Kediri, sehingga dibutuhkan pembelajaran yang intens untuk bisa mengetahui sejarah Malang secara detail. Malang mempunyai banyak kesenian dan budaya yang harus kita jaga, seperti Topeng Malangan, wayang kulit, dan lain sebagainya,” paparnya.
“Kita juga harus bangga terhadap para pendahulu kita, karena mereka merupakan para jagoan-jagoan yang patut dibanggakan. Siapa yang jagoan saat itu, maka ialah yang akan menjadi pemenang atau pemimpin. Oleh seba itulah, saya harapkan dari kota Malang akan bermunculan jagoan-jagoan baru yang dapat diandalkan,” kata laki-laki yang malam itu mengenakan baju pejuang kemerdekaan.
Sementara itu, Ketua TP PKK kota Malang, Dra Hj. Heri Pudji Utami, M.AP turut bangga dengan adanya Malang Kembali ini. Menurutnya, pengunjung Malang Kembali ini dari tahun ke tahun tidak pernah surut dan juga tidak hanya berasal dari warga Malang Raya saja. Dari penyelenggaraan ini secara tidak langsung juga tercipta kerukunan dan kegotong-royongan diantara sesama warga masyarakat,” ucap istri Walikota Malang ini.
Lebih lanjut perempuan yang akrab disapa bunda ini, bahwa harus ada wadah atau sarana yang lebih menunjang terkait pelaksanaan Malang Kembali ini, sehingga pembelajaran atau pengenalan sejarah tidak hanya sebatas Kota Malang saja. “Secara keseluruhan gelaran ini sangat bagus, terutama adanya lomba pidato Bahasa Jawa dan kidungan jula-juli yang digelar oleh Dinas Pendidikan Kota Malang. Dengan demikian, akan semakin menumbuhkan kecintaan para generasi muda terhadap seni dan budaya daerah kita, yaitu Jawa,” imbuhnya.
Pada penutupan Festival Malang Kembali yang ke-6 ini juga diserahkan penghargaan kepada 3 orang pemenang lomba fotografi, yaitu Afrizal, Fadil dan Rahmawati. Sedangkan 3 pemenang stan terbaik pertama yaitu ibu Alex dari stan Pasar Kulon, juara kedua ibu Wiwik dari stan Pasar Legi dan pemenang ketiga Suyanto dari stan Pasar Wetan. Pemenang stan terbaik ini mendapat hadiah berlibur ke Pulau Bali, handphone dari Esia dan hadiah menarik lainnya dari panitia.
Acara penutupan juga dimeriahkan oleh musik perkusi yang disajikan oleh Sanggar Santri Sapu Jagad pimpinan Ki Ardi Purbo Antono. Grup musik perkusi ini merupakan wakil Asean dalam perlombaan musik perkusi yang diikuti oleh 120 negara beberapa waktu lalu. Dari 120 negara itu dipilih 12 negara dari Asean dan India. Sanggar Santri Sapu Jagad adalah grup perkusi Indonesia yang mewakili Asean.
Dengan mengenakan busana dari karung goni dan hentakan musiknya yang sangat indah, membuat para tamu undangan terkesima, terutama Walikota Malang dan tamu undangan lainnya di kursi VIP. Acara penutupan Malang Kembali ini diakhiri dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Ardi Purbo Antono yang mengambil judul Wahyu Kalimosodo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar