Welcome to the Earth .... --- Salam Warkop ---

Halaman

Selasa, 31 Mei 2011

Perkembangan Budaya Kota Batu

Perkembangan Budaya Kota Wisata Batu Refleksi Perilaku Masyarakatnya
Perilaku masyarakat Kota Wisata Batu adalah segala tindak-tanduk yang berkembang di kehidupan masyarakat Kota Wisata Batu. Perilaku tersebut menyangkut kehidupan sehari-hari, faktor kemampuan anggota masyarakat dalam mengembangkan budaya lokal dan mampu menterjemahkan seni budaya itu dalam kemampuan individu masyarakat. Bahkan perilaku itu merupakan refleksi penguasaan dan penguatan kemampuan berbudaya itu yang nantinya akan menjadi penentu perkembangan budaya pariwisata di daerah tersebut, termasuk penguatan perilaku budaya pariwisata di Kota Wisata Batu. Demikian dipaparkan Prof.Dr.H. Sam Abade Pareno MM, guru besar Universitas Dr Soetomo Surabaya dalam Seminar Kepariwisataan di Gedung Kesenian Kota Wisata Batu beberapa hari lalu.
Perilaku budaya tersebut, menurut Sam, paling tidak adalah pada individu masyarakat sebagai pelaku budaya itu sendiri mampu menguasai salah satu produk budaya lokal di Kota Wisata Batu, seperti mampu mempraktekkan tari sembromo yang asli berasal dari kota wisata Batu, atau mampu memproduksi kerajinan khas daerah dan sebagainya. “Hal inilah yang akan mampu menguatkan perilaku budaya tersebut sebagai produk industri pariwisata,” katanya.  Perilaku budaya masyarakat, lanjutnya, memang sangat menentukan dalam menunjang kepariwisataan, khususnya bagi masyarakat di Kota Wisata Batu. Dan perilaku itu dimulai dari pola piker (pattern of thinking) dan pola sikap (pattern of attitude). Kedua pola ini menjadikan masyarakat kita memiliki pola perilaku, terutama perilaku budaya pariwisata. Indonesia yang memiliki obyek wisata sangat banyak tidak melahirkan kerangka berpikir dan kerangka bersikap untuk melestarikannya, apalagi mengembangkannya menjadi suatu industri. “Bahkan sebaliknya, mengabaikan keindahan alam yang dianugerahkan oleh Allah, tetapi justru merusaknya,” ujar Sam.
Oleh karena itu, tandasnya, jika ingin menguatkan perilaku budaya pariwisata, terutama bagi masyarakat Kota Wisata Batu, maka perlu dilakukan beberapa hal yaitu, pertama, sejak usia dini, melalui dunia pendidikan anak usia dini PAUD, disosialisasikan ‘Cinta Wisata’. Kedua, mulai tingkat SD dan setaranya sampai dengan SMA dan setaranya, diharuskan adanya kunjungan wisata baik yang dekat maupun yang relative jauh. Untuk yang dekat minimal 2 kali dalam setahun, yang relative jauh minimal sekali dalam setahun. Sekaligus ini menumbuhkan ke4sadaran geografi Indonesia. Ketiga, Perlu dipertimbangkan jurusan kepariwisataan, yang mungkin dapat merupakan salah satu jurusan dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ataupun Fakultas Ilmu Budaya. Keempat, Secara umum perlu ditetapkan strategi kepariwisataan, yang diantaranya membentuk manusia Indonesia yang mencintai keindahan, menggemari berbagai budaya di daerah-daerah, menyukai sejarah. Kelima, Mengoptimalisasi pendidikan karakter masyarakat yang terbuka, menghargai tamu, menjaga keharmonisan alam. Keenam, setiap siswa minimal harus menguasai 1 tari tradisional, 1 lagu daerah, dan 1 bahasa daerah.
Kalau berbagai poin seperti diatas bisa diterapkan, maka perkembangan budaya pariwisata akan menguat dan menjadi produk industri pariwisata di setiap daerah, terutama di Kota Wisata Batu. Berlatar itulah, Sam menegaskan bahwa penguatan perilaku budaya sangat menentukan perkembangan sebuah industri pariwisata itu sendiri. Dan itu akan berefek positif terhadap keberhasilan pariwisata dan perkembangan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Sam Abede menggarisbawahi tentang potensi yang sangat besar akan dunia pariwisata di Indonesia, haruslah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara menyeluruh. Karena mengingat pariwisata menjadi penyumbang devisa Negara yang siknifikan. Dia merinci, berdasarkan sumber data Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2008 bahwa pada 2008 telah masuk menyumbang US $ 7,6 miliar atau sekitar Rp. 91 triliyun, meningkat dibanding tahun 2007 yang hanya US $ 5,3 miliar. Sedangkan data dari pusat statistic, pada tahun 2010 sampai desember meningkat tajam yaitu 8,1 juta wisatawan manca Negara telah berkunjung ke Indonesia. “Peluang inilah yang harus kita tangkap, untuk berperan menjadi subyek pariwisata, tidak hanya obyek saja,” pungkas Sam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar